Dalam sebuah wawancara dengan Fox Business Network, Trump mengatakan akan lebih mudah menyelesaikan masalah nuklir Korea Utara jika Amerika Serikat memiliki hubungan yang lebih baik dengan Rusia.
"Cina membantu kita dan mungkin Rusia memilih jalan lain dan mencederai apa yang kita dapatkan," kata Trump tentang situasi Korea Utara.
Serangkaian tes senjata dilakukan oleh Korea Utara dan serangkaian perseteruan yang semakin sengit antara Trump dan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un telah meningkatkan ketegangan. Trump telah menekan Cina untuk membantu mengendalikan program nuklir Korea Utara. Cina, satu-satunya sekutu utama Korea Utara, menyumbang lebih dari 90 persen perdagangan dengan negara yang terisolasi tersebut.
Trump mengatakan dalam sebuah kicauan dia berbicara dengan Presiden Cina Xi Jinping pada Kamis (26/10) dan pembicaraan tersebut mencakup Korea Utara. Hubungan AS dan Rusia telah tegang karena tuduhan Rusia mencampuri pemilihan presiden AS pada 2016, aneksasi Moskow terhadap Krimea dari Ukraina dan dukungannya terhadap pemerintah Suriah.
"Saya pikir kita bisa memiliki hubungan yang baik" dengan Rusia, kata Trump. "Saya pikir situasi Korea Utara akan lebih mudah diselesaikan."
Trump mengatakan selama kampanye tahun lalu dia berharap dapat memperbaiki hubungan dengan Moskow. Sebelumnya, Trump mengatakan kepada diplomat tertinggi AS untuk tidak menyia-nyiakan waktu bernegosiasi dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un, yang dijulukinya "Pria Roket."
"Saya mengatakan kepada Rex Tillerson, Menteri Luar Negeri kita yang luar biasa, dia menyia-nyiakan waktunya untuk bernegosiasi dengan Pria Roket Kecil," kata Trump di Twitter sehari setelah Tillerson mengungkapkan Amerika Serikat secara langsung berkomunikasi dengan Korea Utara mengenai program peluru kendali nuklir namun Pyongyang tidak menunjukkan minat untuk berdialog.
"Hemat energi Anda Rex, kita akan melakukan apa yang harus dilakukan!" Kata Trump.
Sebelumnya, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres meminta negara anggota menghindari perang dengan Korea Utara dan mengecam pemimpin dunia, yang menyebarkan ujaran kebencian kepada pengungsi untuk mendapatkan kuntungan politik.
Dua pasal pernyataan tersebut adalah kecaman tersirat Guterres kepada Presiden Amerika Serikat Donald Trump, yang bersikap keras terhadap Pyongyang dan mengeluarkan beberapa kebijakan benci-pendatang.
Dalam pidato pertama pertemuan tahunan pemimpin 193 negara anggota di Sidang Umum PBB, sejak menjadi sekretaris jenderal pada Januari, Guterres mengatakan bahwa kemelut terkait Korea Utara harus diselesaikan dengan upaya politik, yang damai.
Di tengah ketegangan terkait ambisi nuklir dan rudal kendali Korea Utara, yang ingin punya kemampuan membombardir Amerika Serikat dengan rudal kendali berhulu ledak nuklir, Trump sering mengeluarkan pernyataan ancaman aksi militer.
Guterres juga meminta ke-15 negara anggota Dewan Keamanan PBB untuk mempertahankan kesatuan sikap terkait Korea Utara. Lembaga tersebut baru saja menjatuhkan sanksi kesembilan terhadap Korea Utara sejak 2006.
Credit republika.co.id