PYONGYANG
- Korea Utara (Korut) telah melakukan evakuasi massal langka dan
latihan kegagalan pasokan listrik di seluruh negeri dalam persiapan
perang. Latihan itu dilakukan muncul akhir pekan ini.
Beberapa sumber mengatakan bahwa latihan tersebut telah terjadi di kota-kota sekunder dan tersier, terutama di sepanjang pantai timur, namun tidak di ibu kota, Pyongyang.
Kabar ini datang di tengah eskalasi ketegangan antara negara itu dengan Amerika Serikat (AS) setelah serangkaian uji coba nuklir dan rudal, termasuk rudal balistik antar benua (ICBM) yang mampu menyerang daratan Amerika.
Para ahli terbelah mengenai apakah latihan Korut yang tidak biasa itu adalah tanda bahwa rezim tersebut merasa lebih terancam daripada sebelumnya, atau ingin menciptakan persepsi bahwa mereka menjaga warganya.
"Saya belum pernah mendengar tentang jenis latihan ini sebelumnya di Korea Utara, tapi saya tidak terkejut," Chun In-bum, seorang letnan jenderal bintang tiga Korea Selatan (Korsel) yang baru saja pensiun.
"Mereka harus menyadari betapa serius situasinya," sambungnya seperti disitir Telegraph dari NK News, Minggu (29/10/2017).
Tapi Christopher Green, kandidat PhD di University of Leiden, Jerman, berpendapat bahwa tidak jelas apakah masalah keamanan mendorong hal ini atau keinginan untuk menggambarkan citra pemerintah yang memiliki kepentingan atas keamanan.
Eks warga Korut telah mengungkapkan tentang latihan Serangan udara sering dilakukan selama masa ketegangan tapi tidak dalam beberapa tahun terakhir.
Pada tahun 1994, selama konfrontasi dengan Washington mengenai ambisi nuklir Pyongyang, latihan serangan udara dilaporkan setiap hari terjadi.
Pada tahun 2013, ketika hubungan dengan Korsel tegang, Korut juga mengembangkan rasa krisis dengan meminta kendaraan Pyongyang untuk menutupi atap mereka dengan jaring kamuflase.
Beberapa analis berpendapat bahwa pernyataan berapi-api dari Presiden AS Donald Trump mungkin telah menciptakan ketakutan yang sebenarnya.
Beberapa sumber mengatakan bahwa latihan tersebut telah terjadi di kota-kota sekunder dan tersier, terutama di sepanjang pantai timur, namun tidak di ibu kota, Pyongyang.
Kabar ini datang di tengah eskalasi ketegangan antara negara itu dengan Amerika Serikat (AS) setelah serangkaian uji coba nuklir dan rudal, termasuk rudal balistik antar benua (ICBM) yang mampu menyerang daratan Amerika.
Para ahli terbelah mengenai apakah latihan Korut yang tidak biasa itu adalah tanda bahwa rezim tersebut merasa lebih terancam daripada sebelumnya, atau ingin menciptakan persepsi bahwa mereka menjaga warganya.
"Saya belum pernah mendengar tentang jenis latihan ini sebelumnya di Korea Utara, tapi saya tidak terkejut," Chun In-bum, seorang letnan jenderal bintang tiga Korea Selatan (Korsel) yang baru saja pensiun.
"Mereka harus menyadari betapa serius situasinya," sambungnya seperti disitir Telegraph dari NK News, Minggu (29/10/2017).
Tapi Christopher Green, kandidat PhD di University of Leiden, Jerman, berpendapat bahwa tidak jelas apakah masalah keamanan mendorong hal ini atau keinginan untuk menggambarkan citra pemerintah yang memiliki kepentingan atas keamanan.
Eks warga Korut telah mengungkapkan tentang latihan Serangan udara sering dilakukan selama masa ketegangan tapi tidak dalam beberapa tahun terakhir.
Pada tahun 1994, selama konfrontasi dengan Washington mengenai ambisi nuklir Pyongyang, latihan serangan udara dilaporkan setiap hari terjadi.
Pada tahun 2013, ketika hubungan dengan Korsel tegang, Korut juga mengembangkan rasa krisis dengan meminta kendaraan Pyongyang untuk menutupi atap mereka dengan jaring kamuflase.
Beberapa analis berpendapat bahwa pernyataan berapi-api dari Presiden AS Donald Trump mungkin telah menciptakan ketakutan yang sebenarnya.
Di Majelis Umum PBB pada bulan September, Trump mengancam untuk "benar-benar menghancurkan" Korut jika diprovokasi. Militer AS juga telah menggenjot penempatan militer di dekat semenanjung Korea.
Sebelumnya, Menteri Pertahanan AS Jim Mattis yang tengah melakukan kunjungan ke Korsel mengatakan bahwa ancaman rudal nuklir Korut telah meningkat.
"Korea Utara telah mempercepat ancaman yang ditimbulkannya kepada negara-negara tetangganya dan dunia melalui program rudal dan senjata ilegal dan tidak perlu," katanya, menambahkan bahwa kolaborasi militer dan diplomat AS-Korsel telah mengambil "urgensi baru."
Mattis memperingatkan bahwa AS tidak akan pernah menerima nuklir utara dan respons militer AS akan luar biasa terhadap diktator Kim Jong-un.
Credit sindonews.com