Kapal induk USS Ronald Reagan yang mengangkut
sejumlah jet tempur kini didampingi USS Nimitz dan USS Theodore
Roosevelt di Pasifik. (Reuters/Kim Hong-Ji)
USS Theodore Roosevelt dan USS Nimitz bergabung hari ini, Rabu (25/10), dengan USS Ronald Reagan yang telah lebih dulu beroperasi di Armada Angkatan Laut AS ke-7 di samudra Hindia dan bagian barat samudra Pasifik.
Menurut keterangan pers Angkatan Laut AS yang dikutip CNN, Roosevelt dan Nimitz didampingi sembilan kapal penjelajah dan penghancur yang dilengkapi sistem anti-peluru kendali Aegis, kunci pertahanan melawan kemungkinan serangan Korea Utara.
Dikirim dari pangkalan militer AS di Okinawa, USS Ronald Reagan telah lebih dulu melakukan sejumlah latihan maritim gabungan bersama Korea Selatan sejak seminggu terakhir.
Latihan gabungan itu sempat membuat geram Korea Utara yang belakangan ini menjadi sorotan dunia lantaran berkeras mengembangkan senjata nuklir.
Sementara itu, Nimitz dikerahkan dari Timur Tengah setelah tiga bulan terakhir berpartisipasi dalam peperangan melawan ISIS dan USS Roosevelt dikirim dari San Diego sejak awal Oktober lalu jelang rencana berlayar menuju Timur Tengah dalam beberapa waktu ke depan.
Meski begitu, Angkatan Laut AS tak menjelaskan misi spesifik USS Roosevelt dan Nimitz di kawasan Pasifik, meski hal tersebut berpotensi kembali memicu kemarahan Korut.
Sejumlah pengamat mengatakan pengerahan ketiga kapal perang ini dilakukan untuk mengirim pesan kepada Korut dan China yang mengklaim sebagian besar Laut China Selatan.
"Pengerahan kapal induk ini tentu memberikan sinyal yang signifikan. Setiap pergerakan sebuah kapal induk adalah proyeksi kekuatan militer utama suatu negara. Musuh AS akan membaca sesuatu dari pergerakan ini," kata Adam Mount, analis pertahanan dari Federation of American Scientist.
Pergerakan kapal induk tersebut, tutur mantan Laksamana Angkatan Laut AS John Kirby, juga dilakukan Gedung Putih "untuk memastikan China tahu bahwa AS masih menjadi kekuatan utama di kawasan."
"Angkatan Laut mengambil keuntungan [dari tur Trump ke Asia] untuk menunjukkan kemampuannya kepada musuh potensial AS," ucap Kirby.
Sebuah artikel opini yang dipublikasikan koran pemerintah, China Daily, menyebut pergerakan kapal AS sebagai "sebuah bahaya di perairan Asia."
Surat kabar tersebut mengatakan bahwa peningkatan aktivitas kapal perang AS di Asia Pasifik "meningkatkan risiko bagi perjalanan kapal-kapal kargo atau komersial."
Credit cnnindonesia.com