WASHINGTON
- Menteri Luar Negeri (Menlu) Amerika Serikat (AS) Rex Tillerson telah
berbicara dengan Panglima Militer Myanmar Jenderal Min Aung Hlaing pada
hari Kamis. Diplomat top Washington itu mengatakan bahwa AS prihatin
dengan kekejaman militer terhadap minoritas Muslim Rohingya di Rakhine.
Sikap Menlu Tillerson itu disampaikan Departemen Luar Negeri AS dalam sebuah pernyataan.
Tillerson mendesak Jenderal Min Aung Hlaing untuk mendukung pemerintah Myanmar dalam mengakhiri kekerasan di Rakhine dan membiarkan etnis Rohingya yang melarikan diri pulang ke wilayah tersebut.
Lebih dari 600.000 warga Muslim Rohingya telah meninggalkan negara bagian Rakhine, Myanmar, untuk menyelamatkan diri dari operasi militer.
Operasi itu diluncurkan sebagai respons atas serangan kelompok militan Rohingya (ARSA) terhadap sejumlah pos polisi yang menewaskan belasan petugas pada 25 Agustus lalu.
Departemen Luar Negeri AS, seperti dikutip Reuters, Jumat (27/10/2017), sedang mempertimbangkan untuk secara formal mengumumkan tindakan keras terhadap Muslim Rohingya sebagai pembersihan etnis.
Dalam pembicaraan dengan Jenderal Min Aung Hlaing, Tillerson juga mendesak militer Myanmar untuk memfasilitasi bantuan kemanusiaan bagi orang-orang yang kehilangan tempat tinggal, mengizinkan akses media dan bekerja sama dengan penyelidikan PBB.
Tekanan AS terhadap Myanmar mulai meningkat menjelang kunjungan perdana Presiden Donald Trump ke Asia bulan depan. Trump akan menghadiri puncak konferensi ASEAN di Manila, di mana pihak Myanmar juga hadir.
Sikap Menlu Tillerson itu disampaikan Departemen Luar Negeri AS dalam sebuah pernyataan.
Tillerson mendesak Jenderal Min Aung Hlaing untuk mendukung pemerintah Myanmar dalam mengakhiri kekerasan di Rakhine dan membiarkan etnis Rohingya yang melarikan diri pulang ke wilayah tersebut.
Lebih dari 600.000 warga Muslim Rohingya telah meninggalkan negara bagian Rakhine, Myanmar, untuk menyelamatkan diri dari operasi militer.
Operasi itu diluncurkan sebagai respons atas serangan kelompok militan Rohingya (ARSA) terhadap sejumlah pos polisi yang menewaskan belasan petugas pada 25 Agustus lalu.
Departemen Luar Negeri AS, seperti dikutip Reuters, Jumat (27/10/2017), sedang mempertimbangkan untuk secara formal mengumumkan tindakan keras terhadap Muslim Rohingya sebagai pembersihan etnis.
Dalam pembicaraan dengan Jenderal Min Aung Hlaing, Tillerson juga mendesak militer Myanmar untuk memfasilitasi bantuan kemanusiaan bagi orang-orang yang kehilangan tempat tinggal, mengizinkan akses media dan bekerja sama dengan penyelidikan PBB.
Tekanan AS terhadap Myanmar mulai meningkat menjelang kunjungan perdana Presiden Donald Trump ke Asia bulan depan. Trump akan menghadiri puncak konferensi ASEAN di Manila, di mana pihak Myanmar juga hadir.
Credit sindonews.com