MANILA
- Presiden Rodrigo Duterte melemparken kecaman keras kepada Uni Eropa
(UE). Kecaman Duterte ini muncul tidak lama setelah UE merilis laporan
tebaru, yang berisi kritikan keras terhadap kebijakan anti-narkoba
Filipina.
Berbicara di MalacaƱang, Duterte mengatakan bahwa UE lebih baik pergi ke neraka, jika mereka tidak mendengarkan penjelasan utusan khusus Filipina untuk organisasi di Eropa tersebut, Edgardo Angara.
Duterte mengungkapkan bahwa dia telah memberi tahu Angara bagaimana menangani orang-orang Eropa mengenai isu kampanye anti-narkoba yang diterapkan Filipina saat ini.
"Senator Angara, saya menunjuknya sebagai utusan ke UE. Saya telah mencoba untuk menjelaskan kepada dia, saya berkata kepadanya, jika mereka (UE) mendengarkan Anda, Tuan, baiklah, jika tidak, mereka semua bisa masuk neraka," kata Duterte seperti dilansir Anadolu Agency pada Kamis (26/10).
Duterte kemudian mengatakan Filipina seharusnya tidak menerima lagi bantuan dari UE, jika bantuan itu disertai dengan sejumlah syarat.
"Untuk semua Serikat Eropa, katakan tidak pada mereka, katakan tidak, kita tidak membutuhkannya, kita bisa bertahan sebagai sebuah negara. Mereka yang kritis terhadap perang obat bius tidak bertanya mengapa tersangka narkoba terbunuh. Tapi mereka hanya melihat berapa banyak orang yang dituduh dibunuh dengan proses di luar hukum. Mereka bahkan tidak repot-repot melihat mengapa mereka dibunuh," ungkapnya.
Sebelumnya diwartakan, dalam sebuah laporan yang dirilis pekan lalu, UE menyatakan pelanggaran HAM seperti pembunuhan di luar hukum, dan iklim impunitas telah ada selama pemerintahan sebelumnya. Pembunuhan dalam perang obat-obatan, serta kemungkinan pengenalan hukuman mati menjadi fokus utama UE dalam laporan itu.
UE kemudian menyatakan bahwa pernyataan, dan tindakan Duterte tampaknya mendorong polisi untuk mengambil pendekatan agresif dalam menangani pengguna narkoba, dan para pengedar narkoba.
Laporan tersebut juga mengulangi sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh delegasi legislator UE yang mengunjungi Filipina pada bulan Juli lalu, yang menyatakan keprihatinannya atas undang-undang yang tertunda di Kongres Filipina, salah satunya adalah mengenai hukuman mati.
Berbicara di MalacaƱang, Duterte mengatakan bahwa UE lebih baik pergi ke neraka, jika mereka tidak mendengarkan penjelasan utusan khusus Filipina untuk organisasi di Eropa tersebut, Edgardo Angara.
Duterte mengungkapkan bahwa dia telah memberi tahu Angara bagaimana menangani orang-orang Eropa mengenai isu kampanye anti-narkoba yang diterapkan Filipina saat ini.
"Senator Angara, saya menunjuknya sebagai utusan ke UE. Saya telah mencoba untuk menjelaskan kepada dia, saya berkata kepadanya, jika mereka (UE) mendengarkan Anda, Tuan, baiklah, jika tidak, mereka semua bisa masuk neraka," kata Duterte seperti dilansir Anadolu Agency pada Kamis (26/10).
Duterte kemudian mengatakan Filipina seharusnya tidak menerima lagi bantuan dari UE, jika bantuan itu disertai dengan sejumlah syarat.
"Untuk semua Serikat Eropa, katakan tidak pada mereka, katakan tidak, kita tidak membutuhkannya, kita bisa bertahan sebagai sebuah negara. Mereka yang kritis terhadap perang obat bius tidak bertanya mengapa tersangka narkoba terbunuh. Tapi mereka hanya melihat berapa banyak orang yang dituduh dibunuh dengan proses di luar hukum. Mereka bahkan tidak repot-repot melihat mengapa mereka dibunuh," ungkapnya.
Sebelumnya diwartakan, dalam sebuah laporan yang dirilis pekan lalu, UE menyatakan pelanggaran HAM seperti pembunuhan di luar hukum, dan iklim impunitas telah ada selama pemerintahan sebelumnya. Pembunuhan dalam perang obat-obatan, serta kemungkinan pengenalan hukuman mati menjadi fokus utama UE dalam laporan itu.
UE kemudian menyatakan bahwa pernyataan, dan tindakan Duterte tampaknya mendorong polisi untuk mengambil pendekatan agresif dalam menangani pengguna narkoba, dan para pengedar narkoba.
Laporan tersebut juga mengulangi sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh delegasi legislator UE yang mengunjungi Filipina pada bulan Juli lalu, yang menyatakan keprihatinannya atas undang-undang yang tertunda di Kongres Filipina, salah satunya adalah mengenai hukuman mati.
Credit sindonews.com