Sheikh Tamimmengatakan bahwa Presiden AS Donald Trump telah menawarkan untuk menjadi tuan rumah pertemuan antara Qatar dan lawan-lawannya yaitu Bahrain, Mesir, ArabSaudi dan Uni Emirat Arab (UEA). Pertemuan itu diupayakan untuk mengakhirikrisis antara sekutu AS tersebut.
Berbicara kepada jaringan berita televisi CBS 60 Minutes, Sheikh Tamim mengatakan sejauh ini tidak ada tanggapan dari negara-negara yang memboikot. Seharusnya segera terjadi pertemuan ini, katanya, seperti dikutip the Washington Post, Ahad (29/10).
Dalam wawancara pada program televisi yang akan disiarkan pada Ahad (29/10) malam waktu setempat tersebut, Sheikh Tamim mengakui dugaan ancaman militer itu. "Saya takut jika terjadi sesuatu, jika ada tindakan militer yang terjadi, wilayah ini akan kacau balau," katanya.
Ancaman konfrontasi militer tersebut tampak pada awal setelah dimulainya pemboikotan pada 5 Juni. Media berbahasa Arab di negara-negara pemboikot menyarankan perlunya sebuah operasi Peninsula Shield, yang merupakan tentara militer dari Dewan Kerjasama Teluk. Namun pejabat pemerintah mengabaikan saran tersebut pada saat itu.
Saat bertemu dengan Trump di Washington pada September, Emir Kuwait Sheikh Sabah Al Ahmad Al Sabah mengatakan bahwa mediasi oleh Presiden AS akan membantu menghindari jenis kekerasan apapun. "Alhamdulillah, yang penting adalah kita telah menghentikan tindakan militer," kata Sheikh Sabah yang juga telah berusaha menengahi perselisihan tersebut.
Credit REPUBLIKA.CO.ID