BRUSSELS
- Pemberian suaka politik kepada pemimpin Catalan Carles Puigdemont
akan tidak realistis jika dia memintanya. Hal itu ditegaskan oleh
Menteri Migrasi Belgia, menggarisbawahi posis negaranya sebagai oposisi
dalam kebuntuan politik di Spanyol.
Pemerintah Madrid telah memecat pemimpin Catalan dan membubarkan parlemen di wilayah tersebut pada hari Jumat, beberapa jam setelah mendeklarasikan dirinya sebagai negara merdeka.
Mahkamah Agung Spanyol juga telah memulai peninjauan kembali pemilihan independen Catalonia untuk jaksa penuntut guna memutuskan apakah hal tersebut merupakan pemberontakan.
Meskipun tidak ada indikasi, Puigdemont berharap bisa datang ke Belgia, negara ini adalah satu dari sedikit anggota Uni Eropa (UE) dimana warga UE dapat meminta suaka politik.
"Tidaklah realistis jika Anda melihat situasinya," kata Menteri Migrasi Belgia, Theo Francken, disitir dari Reuters, Senin (30/10/2017).
"Mereka sudah membicarakan hukuman penjara. Pertanyaannya adalah sejauh mana dia akan mendapatkan pengadilan yang adil," sambung Francken, anggota partai nasionalis Flemish N-VA.
Ia pun mengungkapkan akan sulit bagi Spanyol untuk mengekstradisi Puigdemont dalam kasus seperti itu.
Sementara sebagian besar pemimpin Eropa menahan diri untuk tidak mengomentari krisis Spanyol tersebut, dengan mengatakan bahwa hal itu adalah masalah internal dan konstitusi negara harus menang, Perdana Menteri Belgia Charles Michel menyerukan adanya dialog antara Madrid dan Barcelona.
Michel, yang berasal dari daerah pusat Wallonia berbahasa Prancis, telah memerintah dalam koalisi dengan N-VA sejak tahun 2014, sebuah periode di mana partai tersebut membatalkan seruannya untuk lebih merdeka bagi warga Belgia Belanda yang berbahasa Belanda di belahan utara negara itu.
Hubungan antara Belgia dan Spanyol memburuk karena isu serupa di tahun 1990an dan 2000an, ketika negara tersebut menolak untuk mengekstradisi pasangan Spanyol yang menjadi tersangka karena telibat dengan kelompok militan Basque, ETA.
Pemerintah Madrid telah memecat pemimpin Catalan dan membubarkan parlemen di wilayah tersebut pada hari Jumat, beberapa jam setelah mendeklarasikan dirinya sebagai negara merdeka.
Mahkamah Agung Spanyol juga telah memulai peninjauan kembali pemilihan independen Catalonia untuk jaksa penuntut guna memutuskan apakah hal tersebut merupakan pemberontakan.
Meskipun tidak ada indikasi, Puigdemont berharap bisa datang ke Belgia, negara ini adalah satu dari sedikit anggota Uni Eropa (UE) dimana warga UE dapat meminta suaka politik.
"Tidaklah realistis jika Anda melihat situasinya," kata Menteri Migrasi Belgia, Theo Francken, disitir dari Reuters, Senin (30/10/2017).
"Mereka sudah membicarakan hukuman penjara. Pertanyaannya adalah sejauh mana dia akan mendapatkan pengadilan yang adil," sambung Francken, anggota partai nasionalis Flemish N-VA.
Ia pun mengungkapkan akan sulit bagi Spanyol untuk mengekstradisi Puigdemont dalam kasus seperti itu.
Sementara sebagian besar pemimpin Eropa menahan diri untuk tidak mengomentari krisis Spanyol tersebut, dengan mengatakan bahwa hal itu adalah masalah internal dan konstitusi negara harus menang, Perdana Menteri Belgia Charles Michel menyerukan adanya dialog antara Madrid dan Barcelona.
Michel, yang berasal dari daerah pusat Wallonia berbahasa Prancis, telah memerintah dalam koalisi dengan N-VA sejak tahun 2014, sebuah periode di mana partai tersebut membatalkan seruannya untuk lebih merdeka bagi warga Belgia Belanda yang berbahasa Belanda di belahan utara negara itu.
Hubungan antara Belgia dan Spanyol memburuk karena isu serupa di tahun 1990an dan 2000an, ketika negara tersebut menolak untuk mengekstradisi pasangan Spanyol yang menjadi tersangka karena telibat dengan kelompok militan Basque, ETA.
Credit sindonews.com