Sebuah pernyataan dari misi Perserikatan Bangsa-Bangsa di Mali
(MINUSMA) mengatakan dua penjaga perdamaian yang terluka telah dibawa ke
kota Kidal untuk perawatan. Namun identitas kewarganegaraan penjaga
perdamaian belum dipublikasikan.
"Saya mengutuk tindakan terkuat semacam itu, yang satu-satunya
tujuannya adalah untuk mengacaukan negara dan membahayakan proses
perdamaian yang sedang berlangsung di Mali," kata kepala misi interim
Koen Davidese.
Dia mengatakan misi PBB bertekad melakukan semua upaya agar
tercipta perdamaian di negara tersebut. Menurut Davidse, serangan
mematikan tersebut bisa dianggap sebagai kejahatan perang internasional.
Tidak ada klaim tanggung jawab atas serangan tersebut.
Tapi kelompok bersenjata yang berafiliasi dengan Alqaidah, seperti
Jamaat Nusrat al-Islam wal-Muslimeen, sebelumnya telah melakukan
serangan di wilayah tersebut. Pada September, tiga penjaga perdamaian
dari Bangladesh terbunuh dan lima lainnya terluka parah saat konvoi
mereka diserang di wilayah Gao tepat di sebelah selatan Kidal.
Sejak 2013, saat MINUSMA ditempatkan di Mali, ada lebih dari 80
penjaga perdamaian terbunuh, membuat misi tersebut menjadi yang paling
mematikan di dunia. Negara-negara tetangga Mali seperti Niger, Chad,
Mauritania dan Burkina Faso juga telah memerangi kelompok bersenjata di
wilayah Sahel.
Credit REPUBLIKA.CO.ID