WASHINGTON
- Pentagon telah mengerahkan pembom siluman B-2 yang bisa membawa
senjata nuklir ke wilayah yang dirahasiakan di Pasifik barat. Pengerahan
pesawat pembom ini dilakukan jelang kunjungan Presiden Amerika Serikat
(AS) Donald Trump ke wilayah itu minggu depan.
Rencana penerbangan pesawat pembom itu belum diumumkan oleh Komando Strategis AS (STRATCOM) atau pun Gedung Putih, meskipun berbagai pangkalan AS berada di kawasan ini termasuk di Korea Selatan (Korsel) dan Jepang. Kesemuanya masuk ke dalam daftar penerbangan jarak jauh untuk memasok logistik.
Seperti dilansir Sputnik dari Japan Times, Senin (30/10/2017), dokumentasi terakhir menyebutkan sebuah pesawat B-2 mengunjungi daerah itu selama tur unjuk kekuatan Pentagon pada 2013 lalu di Semenanjung Korea.
Terbang ke wilayah Pasifik dari home base-nya di Pangkalan Angkatan Udara Whiteman, Missouri, selama akhir pekan, pesawat B-2 akan menempuh jarak lebih dari 6.000 mil. Pesawat ini punya kemampuan untuk mengisi bahan bakar di tengah penerbangan, sehingga memungkinkan pesawat tersebut untuk mengirimkan senjata nuklir dimanapun di planet ini
STRATCOM meremehkan overflight pengebom tersebut, yang menyatakan bahwa misi keliling dunia tersebut rutin dilakukan. STRATCOM mengatakan tengah melakukan pengenalan pesawat dengan basis udara dan operasi dalam perintah kombatan geografis yang berbeda, yang memungkinkan mereka mempertahankan tingkat kesiapan yang kemampuan yang tinggi.
Pernyataan STRATCOM tersebut juga termasuk ucapan yang dimaksudkan untuk menghilangkan ketakutan sekutu regional AS, Jepang dan Korsel, jelang kunjungan Trump. Hal itu sekaligus menunjukkan bahwa kunjungan B-2 harus dianggap sebagai demonstrasi nyata yang menunjukkan komitmen terhadap sekutu AS dan meningkatkan keamanan regional.
Selama akhir pekan, Menteri Pertahanan AS James Mattis menuduh Korea Utara (Korut) terlibat dalam kegiatan "penjahat". Ia pun berjanji bahwa Washington dan sekutunya tidak akan pernah menerima Pyongyang sebagai negara yang memiliki kemampuan senjata nuklir.
"Saya tidak bisa membayangkan sebuah kondisi di mana Amerika Serikat akan menerima Korea Utara sebagai negara yang memiliki tenaga nuklir," kata Mattis.
"Korea Utara telah mempercepat ancaman yang ditimbulkannya kepada negara-negara tetangganya dan dunia melalui program rudal dan nuklirnya yang tidak sah dan tidak perlu," ujarnya, menambahkan bahwa perkembangan terakhir - termasuk klaim ledakan bom hidrogen pada bulan September - telah menciptakan "urgensi baru" untuk kawasan ini.
Rencana penerbangan pesawat pembom itu belum diumumkan oleh Komando Strategis AS (STRATCOM) atau pun Gedung Putih, meskipun berbagai pangkalan AS berada di kawasan ini termasuk di Korea Selatan (Korsel) dan Jepang. Kesemuanya masuk ke dalam daftar penerbangan jarak jauh untuk memasok logistik.
Seperti dilansir Sputnik dari Japan Times, Senin (30/10/2017), dokumentasi terakhir menyebutkan sebuah pesawat B-2 mengunjungi daerah itu selama tur unjuk kekuatan Pentagon pada 2013 lalu di Semenanjung Korea.
Terbang ke wilayah Pasifik dari home base-nya di Pangkalan Angkatan Udara Whiteman, Missouri, selama akhir pekan, pesawat B-2 akan menempuh jarak lebih dari 6.000 mil. Pesawat ini punya kemampuan untuk mengisi bahan bakar di tengah penerbangan, sehingga memungkinkan pesawat tersebut untuk mengirimkan senjata nuklir dimanapun di planet ini
STRATCOM meremehkan overflight pengebom tersebut, yang menyatakan bahwa misi keliling dunia tersebut rutin dilakukan. STRATCOM mengatakan tengah melakukan pengenalan pesawat dengan basis udara dan operasi dalam perintah kombatan geografis yang berbeda, yang memungkinkan mereka mempertahankan tingkat kesiapan yang kemampuan yang tinggi.
Pernyataan STRATCOM tersebut juga termasuk ucapan yang dimaksudkan untuk menghilangkan ketakutan sekutu regional AS, Jepang dan Korsel, jelang kunjungan Trump. Hal itu sekaligus menunjukkan bahwa kunjungan B-2 harus dianggap sebagai demonstrasi nyata yang menunjukkan komitmen terhadap sekutu AS dan meningkatkan keamanan regional.
Selama akhir pekan, Menteri Pertahanan AS James Mattis menuduh Korea Utara (Korut) terlibat dalam kegiatan "penjahat". Ia pun berjanji bahwa Washington dan sekutunya tidak akan pernah menerima Pyongyang sebagai negara yang memiliki kemampuan senjata nuklir.
"Saya tidak bisa membayangkan sebuah kondisi di mana Amerika Serikat akan menerima Korea Utara sebagai negara yang memiliki tenaga nuklir," kata Mattis.
"Korea Utara telah mempercepat ancaman yang ditimbulkannya kepada negara-negara tetangganya dan dunia melalui program rudal dan nuklirnya yang tidak sah dan tidak perlu," ujarnya, menambahkan bahwa perkembangan terakhir - termasuk klaim ledakan bom hidrogen pada bulan September - telah menciptakan "urgensi baru" untuk kawasan ini.
Credit sindonews.com