Foto: pool
Jakarta - PT Freeport Indonesia telah mengeruk cadangan emas, perak, dan tembaga dari Tambang Grasberg, Papua, sejak 1991. Dari total cadangan mineral di Tambang Grasberg yang mencapai 3,8 miliar ton, sebanyak 1,7 miliar ton telah diambil Freeport.
Jumlah cadangan emas, perak, dan tembaga yang tersisa diperkirakan masih 2,1 miliar ton.
Tetapi jangan dibayangkan di dalam tambang tanah yang dikelola Freeport itu ada bongkahan-bongkahan emas raksasa. Pakar Pertambangan Institut Teknologi Bandung (ITB), Ridho Kresna Wattimena, menjelaskan yang ditambang Freeport adalah bijih berukuran besar.
Dalam bijih seberat 5,5 ton yang kira-kira sebesar 1 orang dewasa, hanya terdapat 5 gram emas. Selain itu terkandung juga 22 gram perak dan 55 kilogram (kg) tembaga. Kadar emas dalam bijih mineral di Tambang Grasberg kurang lebih 0,8 gram per ton.
"Di 5,5 ton bijih itu emasnya cuma 5 gram, 55 kg tembaga, dan 22 gram perak. Emasnya tidak terlihat. Kadar emasnya 0,8 gram per ton," kata Ridho dalam diskusi Indonesia Mining Association (IMA) di JS Luwansa, Jakarta, Senin (8/5/2017).
Ia berkelakar, tambang yang punya bongkahan-bongkahan emas hanya ada di komik saja, tidak ada di dunia nyata. "Bongkahan emas besar itu hanya ada di komik Donald Bebek saja, tambangnya Paman Gober," ucapnya.
Realitanya, menambang emas bukan pekerjaan mudah. Di Tambang Grasberg misalnya, Freeport harus membuat terowongan sedalam 1,6 kilometer (km) di bawah tanah untuk mengambil bijih (ore).
Tambang bawah tanah Grasberg harus menggunakan metode khusus, yaitu block caving. Metode block caving, yaitu menggali terowongan menuju tempat cadangan bijih mineral di bawah tanah, meledakkan badan bijih hingga hancur di dalam tanah, lalu menariknya keluar secara bertahap lewat jalur-jalur terowongan yang sudah dibuat.
Dengan metode ini tegangan di bawah tanah diatur agar jangan sampai ambruk. Ibarat meja dengan 4 kaki, harus terus dibuat seimbang meski kaki meja dipotong satu per satu perlahan-lahan. Tingkat kesulitan dan risikonya jauh melebihi metode stopping yang menarik bijih lalu mengisi kembali tanah dengan material. Tambang bawah tanah lain di Indonesia tak menghadapi risiko reruntuhan batuan.
"Block caving adalah metode tambang bawah tanah dengan biaya produksi per ton termurah. Tapi biaya investasinya besar sekali. Keterampilan tenaga kerjanya juga khusus," papar Ridho.
Tantangan yang harus diatasi adalah kestabilan batuan. Ketika meledakkan badan bijih, batuan harus tetap dijaga keseimbangannya supaya terowongan tak runtuh. Para pekerja di tambang underground pun menghadapi bahaya luncuran lumpur basah yang dapat menimbun mereka di bawah tanah. Hal-hal ini harus dikontrol agar tak menimbulkan korban jiwa.
Metode block caving membutuhkan kontinuitas, produksi jangan sampai produksi terhenti dalam waktu lama. Ada risiko yang mungkin timbul bila produksi mengalami gangguan.
Dalam metode block caving, produksi ibarat maintanance alias perawatan. Ketika produksi terganggu, berarti perawatannya juga kurang. Badan bijih yang sudah dihancurkan di dalam tanah tetapi tidak segera ditarik keluar akan menciptakan akumulasi tekanan.
Credit finance.detik.com