Uji coba sistem Ground-based
Midcourse Defense (GMD) ini dianggap sebagai pencapaian luar biasa
mengingat sulitnya menembak satu rudal dengan rudal lainnya.
Reuters/Lucy Nicholson)
Jakarta, CB --
Untuk pertama kalinya, Amerika Serikat berhasil
melakukan uji coba sistem pertahanan rudal dengan simulasi serangan
rudal balistik antarbenua (ICBM).
Di awal uji coba ini, militer AS menembakkan rudal jenis ICBM dari Pulau Kwajelein di Kepulauan Marshall ke arah perairan selatan Alaska pada Selasa (30/5).
Mereka kemudian menembakkan rudal untuk mengintersepsi ICBM tersebut dari Pangkalan Udara Vanderberg di California.
Uji coba sistem Ground-based Midcourse Defense (GMD) ini dianggap sebagai "pencapaian luar biasa" mengingat sulitnya menembak satu rudal dengan rudal lainnya.
"Sistem ini sangat penting bagi pertahanan negara dan uji coba ini menunjukkan bahwa kita mampu dan kredibel dalam menangkal ancaman yang sangat nyata," ujar direktur Badan Pertahanan Rudal AS, Jim Syring, kepada Reuters.
Pendiri Aliansi Advokasi Pertahanan Rudal, Riki Ellison, pun mengatakan bahwa uji coba ini merupakan satu langkah yang sangat vital bagi pertahanan AS.
"Kita menunjukkan kemampuan kita untuk mempertahankan Amerika Serikat dari Korea Utara sekarang ini," ucapnya.
Korea Utara memang dianggap sebagai salah satu ancaman nyata bagi AS, terutama sejak awal tahun ini. Dalam pidato tahun barunya, pemimpin tertinggi Korut, Kim Jong-un, bertekad mengembangkan ICBM yang dapat mencapai AS.
Jarak antara Korut dan AS sendiri mencapai sekitar 9.000 kilometer, sementara kemampuan tempuh ICBM rata-rata 5.500 kilometer. Namun, sejumlah ICBM dirancang dapat mencapai 10 ribu kilometer, bahkan lebih.
Uji coba GMD ini sendiri merupakan yang pertama kalinya menggunakan ICBM. Sejak 1999, Pentagon baru melakukan 17 uji coba penggunaan GMD tanpa ICBM dan hanya sembilan di antaranya yang berhasil.
Namun, juru bicara Kementerian Pertahanan AS, Jeff Davis, mengatakan bahwa sistem ini bukan satu-satunya alat pertahanan Pentagon untuk menangkis rudal.
"Ini hanya salah satu elemen dari strategi pertahanan rudal yang lebih luas yang dapat kami kerahkan untuk menangkis ancaman," tuturnya.
Di awal uji coba ini, militer AS menembakkan rudal jenis ICBM dari Pulau Kwajelein di Kepulauan Marshall ke arah perairan selatan Alaska pada Selasa (30/5).
Mereka kemudian menembakkan rudal untuk mengintersepsi ICBM tersebut dari Pangkalan Udara Vanderberg di California.
Uji coba sistem Ground-based Midcourse Defense (GMD) ini dianggap sebagai "pencapaian luar biasa" mengingat sulitnya menembak satu rudal dengan rudal lainnya.
"Sistem ini sangat penting bagi pertahanan negara dan uji coba ini menunjukkan bahwa kita mampu dan kredibel dalam menangkal ancaman yang sangat nyata," ujar direktur Badan Pertahanan Rudal AS, Jim Syring, kepada Reuters.
Pendiri Aliansi Advokasi Pertahanan Rudal, Riki Ellison, pun mengatakan bahwa uji coba ini merupakan satu langkah yang sangat vital bagi pertahanan AS.
"Kita menunjukkan kemampuan kita untuk mempertahankan Amerika Serikat dari Korea Utara sekarang ini," ucapnya.
|
Korea Utara memang dianggap sebagai salah satu ancaman nyata bagi AS, terutama sejak awal tahun ini. Dalam pidato tahun barunya, pemimpin tertinggi Korut, Kim Jong-un, bertekad mengembangkan ICBM yang dapat mencapai AS.
Jarak antara Korut dan AS sendiri mencapai sekitar 9.000 kilometer, sementara kemampuan tempuh ICBM rata-rata 5.500 kilometer. Namun, sejumlah ICBM dirancang dapat mencapai 10 ribu kilometer, bahkan lebih.
Uji coba GMD ini sendiri merupakan yang pertama kalinya menggunakan ICBM. Sejak 1999, Pentagon baru melakukan 17 uji coba penggunaan GMD tanpa ICBM dan hanya sembilan di antaranya yang berhasil.
Namun, juru bicara Kementerian Pertahanan AS, Jeff Davis, mengatakan bahwa sistem ini bukan satu-satunya alat pertahanan Pentagon untuk menangkis rudal.
"Ini hanya salah satu elemen dari strategi pertahanan rudal yang lebih luas yang dapat kami kerahkan untuk menangkis ancaman," tuturnya.
Credit CNN Indonesia