Selesai sudah, Rouhani pemenangnya
Dubai (CB) - Televisi nasional Iran menyelamati Presiden
Hassan Rouhani karena terpilih kembali menjadi presiden setelah pada
Pemilihan Presiden 2017mengalahkan pesaing terkuatnya, Ebrahim Raisi.
Rouhani mengumpulkan 22,8 juta suara, sedangkan Raisi mendapatkan 15,5 juta suara, dari 38,9 juta suara yang sudah dihitung, kata Kementerian Dalam Negeri Iran seperti dikutip Reuters.
Masih ada jutaan suaranya yang tengah dihitung.
Seorang sumber resmi Iran mengatakan kepada Reuters bahwa petahana Presiden Hassan Rouhani unggul telak terhadap pesaing utamanya Ebrahim Raisi pada pemilihan presiden negara ini.
"Selesai sudah, Rouhani pemenangnya," kata sumber tadi sembari meminta namanya tidak disebutkan.
Rouhani mengumpulkan 22,8 juta suara, sedangkan Raisi mendapatkan 15,5 juta suara, dari 38,9 juta suara yang sudah dihitung, kata Kementerian Dalam Negeri Iran seperti dikutip Reuters.
Masih ada jutaan suaranya yang tengah dihitung.
Seorang sumber resmi Iran mengatakan kepada Reuters bahwa petahana Presiden Hassan Rouhani unggul telak terhadap pesaing utamanya Ebrahim Raisi pada pemilihan presiden negara ini.
"Selesai sudah, Rouhani pemenangnya," kata sumber tadi sembari meminta namanya tidak disebutkan.
Credit antaranews.com
Alasan terbesar rakyat Iran pilih kembali Hassan Rouhani
Dubai/Beirut (CB) - Kebebasan yang lebih lapang di dalam
negeri dan mengendurnya isolasi internasional terhadap Iran yang
dirasakan rakyatnya belakangan ini menjadi faktor utama yang
mengantarkan calon petahana Presiden Hassan Rouhani menang meyakinkan
pada Pemilihan Presiden 2017 yang pemungutan suaranya digelar Jumat
kemarin.
Namun kemenangan ini dihadapkan kepada tantangan alim ulama konservatif yang berkuasa besar di Iran, tulis kantor berita Reuters.
Televisi nasional Iran sudah menyampaikan ucapan selamat kepada Rouhani atas kemenangannya pada Pilpres ini.
Arsitek detente (peredaan ketegangan) antara Iran dan Barat itu memimpin perolehan suara hasil Pemilu dengan 58,6 persen terhadap pesaing utamanya ulama konservatif Ebrahim Raisi yang memperoleh 39,8 persen suara.
Kendati kekuasaan presiden terpilih dibatasi oleh Pemimpin Spiritual Ayatollah Ali Khamenei yang posisinya berada di atas presiden, skala kemenangan Rouhani ini memberi mandat yang kuat untuk kubu proreformasi.
Raisi dianggap sebagai bidak Khamenei, dan ulama muda ini disebut-sebut media massa Iran sebagai calon pengganti pemimpin spiritual Iran yang sudah berusia 77 tahun yang telah berkuasa sejak 1989.
Keterpilihankembali Rouhani bisa menjadi penjamin bagi kesepakatan nuklir Iran dengan negara-negara besar pada 2015 yang di bawah pakta ini sebagian besar sanksi internasional kepada Iran menjadi dicabut, sebagai imbal balik dari pembekuan program nuklir Iran.
Sebaliknya kemenangan itu merupakan kemunduran bagi Pengawal Revolusi yang selama ini menjadi pasukan keamanan yang sangat berkuasa yang mengendalikan hampir semua aspek penting republik Islam ini. Mereka berada di belakang Rouhani karena dianggap sebagai pelindung kepentingan-kepentingan mereka.
"Saya senang sekali Rouhani menang. Kami telah membuktikan kepada mereka bahwa kami masih ada," kata Mahnaz (37 tahun), pemilih reformis, via telepon kepada Reuters. "Saya ingin Rouhani mewujudkan janji-janjinya".
Namun demikian, Rouhani dihadapkan kepada pembatasan sama yang membelenggu transformasi Iran yang telah menghalanginya mewujudkan perubahan sosial yang substansial pada masa jabatan pertamanya dan menggagalkan reformasi yang dipromosikan pendahulunya, Mohammad Khatami.
Namun kemenangan ini dihadapkan kepada tantangan alim ulama konservatif yang berkuasa besar di Iran, tulis kantor berita Reuters.
Televisi nasional Iran sudah menyampaikan ucapan selamat kepada Rouhani atas kemenangannya pada Pilpres ini.
Arsitek detente (peredaan ketegangan) antara Iran dan Barat itu memimpin perolehan suara hasil Pemilu dengan 58,6 persen terhadap pesaing utamanya ulama konservatif Ebrahim Raisi yang memperoleh 39,8 persen suara.
Kendati kekuasaan presiden terpilih dibatasi oleh Pemimpin Spiritual Ayatollah Ali Khamenei yang posisinya berada di atas presiden, skala kemenangan Rouhani ini memberi mandat yang kuat untuk kubu proreformasi.
Raisi dianggap sebagai bidak Khamenei, dan ulama muda ini disebut-sebut media massa Iran sebagai calon pengganti pemimpin spiritual Iran yang sudah berusia 77 tahun yang telah berkuasa sejak 1989.
Keterpilihankembali Rouhani bisa menjadi penjamin bagi kesepakatan nuklir Iran dengan negara-negara besar pada 2015 yang di bawah pakta ini sebagian besar sanksi internasional kepada Iran menjadi dicabut, sebagai imbal balik dari pembekuan program nuklir Iran.
Sebaliknya kemenangan itu merupakan kemunduran bagi Pengawal Revolusi yang selama ini menjadi pasukan keamanan yang sangat berkuasa yang mengendalikan hampir semua aspek penting republik Islam ini. Mereka berada di belakang Rouhani karena dianggap sebagai pelindung kepentingan-kepentingan mereka.
"Saya senang sekali Rouhani menang. Kami telah membuktikan kepada mereka bahwa kami masih ada," kata Mahnaz (37 tahun), pemilih reformis, via telepon kepada Reuters. "Saya ingin Rouhani mewujudkan janji-janjinya".
Namun demikian, Rouhani dihadapkan kepada pembatasan sama yang membelenggu transformasi Iran yang telah menghalanginya mewujudkan perubahan sosial yang substansial pada masa jabatan pertamanya dan menggagalkan reformasi yang dipromosikan pendahulunya, Mohammad Khatami.
Credit antaranews.com
Iran resmi umumkan Rouhani menangi Pilpres dengan 23,5 juta suara
Dubai (CB) - Calon petahana Presiden Hassan Rouhani
memenangi Pemilihan Presiden Iran 2017 dengan mengumpulkan 57 persen
dari total suara masuk, kata Menteri Dalam Negeri Iran Abdolreza
Rahmanifazli seperti dikutip Reuters.
"Dari total 41,2 juta suara sah, Rouhani mendapatkan 23,5 (juta suara)...dan memenangkan Pemilu ini," kata Rahmanifazli dalam pernyataan publik yang disiarkan televesi nasional negeri itu.
Pesaing utama Rouhani, ulama konservatif Ebrahim Raisi, memperoleh 15,8 juta suara, sambung Rahmanifazli.
Kebebasan yang lebih lapang di dalam negeri dan mengendurnya isolasi internasional terhadap Iran yang dirasakan rakyatnya belakangan ini menjadi faktor utama yang mengantarkan calon petahana Presiden Hassan Rouhani menang meyakinkan pada Pemilihan Presiden 2017 yang pemungutan suaranya digelar Jumat kemarin.
Namun kemenangan ini dihadapkan kepada tantangan alim ulama konservatif yang berkuasa besar di Iran, tulis kantor berita Reuters.
"Dari total 41,2 juta suara sah, Rouhani mendapatkan 23,5 (juta suara)...dan memenangkan Pemilu ini," kata Rahmanifazli dalam pernyataan publik yang disiarkan televesi nasional negeri itu.
Pesaing utama Rouhani, ulama konservatif Ebrahim Raisi, memperoleh 15,8 juta suara, sambung Rahmanifazli.
Kebebasan yang lebih lapang di dalam negeri dan mengendurnya isolasi internasional terhadap Iran yang dirasakan rakyatnya belakangan ini menjadi faktor utama yang mengantarkan calon petahana Presiden Hassan Rouhani menang meyakinkan pada Pemilihan Presiden 2017 yang pemungutan suaranya digelar Jumat kemarin.
Namun kemenangan ini dihadapkan kepada tantangan alim ulama konservatif yang berkuasa besar di Iran, tulis kantor berita Reuters.
Credit antaranews.com