MANILA
- Presiden Filipina Rodrigo Duterte kemarin pergi ke Rusia untuk
bertemu idolanya, Presiden Vladimir Putin. Duterte juga ingin menegaskan
sikap Manila untuk membangun kedekatan dengan Moskow. Duterte ingin
membangun kebijakan luar negeri yang tidak tergantung dengan Amerika
Serikat (AS), terutama dalam bidang militer.
Dia ingin melangkah lebih luas dengan menggandeng dan mendekati Rusia. Moskow membuka tangan dengan mengajak Manila untuk bekerja sama lebih erat. Kunjungan Duterte selama lima hari di Rusia akan meningkatkan hubungan baik dengan Rusia sejak dia berkuasa pada akhir tahun lalu.
”Rusia harus selalu hadir dalam setiap margin diplomasi Filipina. Ketergantungan kita terhadap mitra tradisional telah membatasi ruang kita untuk bermanuver dalam arena internasional yang dinamis,” kata Duterte sebelum berangkat ke Rusia. ”Itu akan menjadi pandangan strategi yang mengakibatkan banyak kehilangan kesempatan bagi negara kita.
Saya ingin memperbaiki itu,” tutur dia. Lawatan ke Moskow akan menjadi hal yang sangat personal bagi Duterte. Bagi Duterte, Putin adalah ”pahlawan favoritnya”. Duterte mengklaim ikatan antara dua pemimpin itu adalah hobi yang sama yakni senjata dan berburu. Mereka berdua akan bertemu di Moskow pada Kamis (25/5).
Duterte mengatakan kunjungannya ke Rusia akan membuka babak baru dalam hubungan dua negara. ”Rusia memiliki kepentingan strategi di kawasan Asia-Pasifik sehingga perlu kerja sama dua negara,” kata Duterte. Selanjutnya, kata dia, Filipina juga harus memperluas pandangan persahabatan dengan dunia luar.
Sejak Presiden Duterte ingin membangun aliansi yang kuat dengan China dan Rusia dan menjauhi AS, Filipina sebagai negara yang memiliki posisi tawar. Apalagi dia juga membatalkan sejumlah latihan militer bersama AS. Dia juga melarang pasukan Filipina untuk ikut dalam patroli bersama di kepulauan sengketa Laut China Selatan.
Hebatnya, dia meminta pasukan AS ditarik penuh dari Filipina. Duterte dan Putin pertama kali bertemu secara langsung dalam Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Pasifik di Peru pada November lalu. Setelah itu dua kapal perang Rusia berkunjung ke Manila.
”Jika Rusia bersama saya. Saya tak pernah khawatir,” kata Duterte saat berkunjung ke kapal perang Rusia, Varyag, di pelabuhan Manila bulan lalu. Pekan lalu Duterte mengungkapkan prioritas utama kunjungan ke Rusia adalah mengamankan pembelian bom.
Dia sebelumnya berharap militer Filipina ingin segera mendapatkan senjata dari Rusia. Menurut juru bicara Departemen Luar Negeri Rusia Maria Natividad, kunjungan Duterte atas undangan langsung dari Putin. ”Lawatan ini mengirimkan pesan kuat bahwa komitmen Filipina untuk mencari kemitraan baru dan memperkuat hubungan dengan mitra nontradisional seperti Rusia,” ujar dia, dilansir CNN.
Kunjungan ke Moskow dan St Petersburg, menurut Natividad, menandangi pertama kalinya Duterte akan memulai babak baru hubungan dua negara. Duterte akan bertemu Perdana Menteri (PM) Rusia Dmitry Medvedev. Dia juga berpidato di Moscow State Institute of International Relations (MGIMO) berbicara mengenai independensi hubungan luar negeri Filipina.
Selanjutnya, Duterte akan bertemu Presiden Vladimir Putin. Hubungan diplomatik Filipina dan Rusia telah terbangun selama 41 tahun. Tapi, diplomasi dua negara sangat lemah sebelum terpilih Duterte sebagai presiden. Perdagangan antara Manila dan Moskow sangatlah rendah hanya USD226 juta pada 2016. Sedangkan perdagangan antara ASFilipina mencapai USD18 miliar.
Dengan kunjungan Duterte ke Rusia kali ini, hubungan dagang dua negara diharapkan akan meningkat. Apalagi, berbagai kesepakatan seperti pertahanan, keamanan, hukum, pariwisata, energi nuklir, hingga pertukaran budaya juga disepakati dalam kunjungan tersebut.
Menggertak AS
Menurut pakar politik Javad Heydarian, kunjungan Duterte ke Moskow merupakan kemenangan bagi Putin dan kudeta halus untuk Rusia. ”Itu akan menjadi jalan untuk mengejek AS,” ucap dia. Kemudian dalam pandangan Joshua Kurlantzick, peneliti Asia Tenggara di Council on Foreign Relation, Duterte memang memiliki sejarah anti-Amerikanisasi yang kompleks dan lama.
”Saya menyarankan agar Duterte juga berkunjung ke Washington,” ujar dia. Presiden AS Donald Trump sudah mengundang Duterte untuk berbicara dengan ramah dan bersahabat di Gedung Putih. Dalam wawancara dengan Russia Today , Larisa Yefimova dari Moscow State Institute of International Relations menggambarkan Duterte sebagai orang yang tidak memiliki keterikatan dengan elite tradisional yang dididik AS dan memiliki semangat AS.
Dia ingin melangkah lebih luas dengan menggandeng dan mendekati Rusia. Moskow membuka tangan dengan mengajak Manila untuk bekerja sama lebih erat. Kunjungan Duterte selama lima hari di Rusia akan meningkatkan hubungan baik dengan Rusia sejak dia berkuasa pada akhir tahun lalu.
”Rusia harus selalu hadir dalam setiap margin diplomasi Filipina. Ketergantungan kita terhadap mitra tradisional telah membatasi ruang kita untuk bermanuver dalam arena internasional yang dinamis,” kata Duterte sebelum berangkat ke Rusia. ”Itu akan menjadi pandangan strategi yang mengakibatkan banyak kehilangan kesempatan bagi negara kita.
Saya ingin memperbaiki itu,” tutur dia. Lawatan ke Moskow akan menjadi hal yang sangat personal bagi Duterte. Bagi Duterte, Putin adalah ”pahlawan favoritnya”. Duterte mengklaim ikatan antara dua pemimpin itu adalah hobi yang sama yakni senjata dan berburu. Mereka berdua akan bertemu di Moskow pada Kamis (25/5).
Duterte mengatakan kunjungannya ke Rusia akan membuka babak baru dalam hubungan dua negara. ”Rusia memiliki kepentingan strategi di kawasan Asia-Pasifik sehingga perlu kerja sama dua negara,” kata Duterte. Selanjutnya, kata dia, Filipina juga harus memperluas pandangan persahabatan dengan dunia luar.
Sejak Presiden Duterte ingin membangun aliansi yang kuat dengan China dan Rusia dan menjauhi AS, Filipina sebagai negara yang memiliki posisi tawar. Apalagi dia juga membatalkan sejumlah latihan militer bersama AS. Dia juga melarang pasukan Filipina untuk ikut dalam patroli bersama di kepulauan sengketa Laut China Selatan.
Hebatnya, dia meminta pasukan AS ditarik penuh dari Filipina. Duterte dan Putin pertama kali bertemu secara langsung dalam Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Pasifik di Peru pada November lalu. Setelah itu dua kapal perang Rusia berkunjung ke Manila.
”Jika Rusia bersama saya. Saya tak pernah khawatir,” kata Duterte saat berkunjung ke kapal perang Rusia, Varyag, di pelabuhan Manila bulan lalu. Pekan lalu Duterte mengungkapkan prioritas utama kunjungan ke Rusia adalah mengamankan pembelian bom.
Dia sebelumnya berharap militer Filipina ingin segera mendapatkan senjata dari Rusia. Menurut juru bicara Departemen Luar Negeri Rusia Maria Natividad, kunjungan Duterte atas undangan langsung dari Putin. ”Lawatan ini mengirimkan pesan kuat bahwa komitmen Filipina untuk mencari kemitraan baru dan memperkuat hubungan dengan mitra nontradisional seperti Rusia,” ujar dia, dilansir CNN.
Kunjungan ke Moskow dan St Petersburg, menurut Natividad, menandangi pertama kalinya Duterte akan memulai babak baru hubungan dua negara. Duterte akan bertemu Perdana Menteri (PM) Rusia Dmitry Medvedev. Dia juga berpidato di Moscow State Institute of International Relations (MGIMO) berbicara mengenai independensi hubungan luar negeri Filipina.
Selanjutnya, Duterte akan bertemu Presiden Vladimir Putin. Hubungan diplomatik Filipina dan Rusia telah terbangun selama 41 tahun. Tapi, diplomasi dua negara sangat lemah sebelum terpilih Duterte sebagai presiden. Perdagangan antara Manila dan Moskow sangatlah rendah hanya USD226 juta pada 2016. Sedangkan perdagangan antara ASFilipina mencapai USD18 miliar.
Dengan kunjungan Duterte ke Rusia kali ini, hubungan dagang dua negara diharapkan akan meningkat. Apalagi, berbagai kesepakatan seperti pertahanan, keamanan, hukum, pariwisata, energi nuklir, hingga pertukaran budaya juga disepakati dalam kunjungan tersebut.
Menggertak AS
Menurut pakar politik Javad Heydarian, kunjungan Duterte ke Moskow merupakan kemenangan bagi Putin dan kudeta halus untuk Rusia. ”Itu akan menjadi jalan untuk mengejek AS,” ucap dia. Kemudian dalam pandangan Joshua Kurlantzick, peneliti Asia Tenggara di Council on Foreign Relation, Duterte memang memiliki sejarah anti-Amerikanisasi yang kompleks dan lama.
”Saya menyarankan agar Duterte juga berkunjung ke Washington,” ujar dia. Presiden AS Donald Trump sudah mengundang Duterte untuk berbicara dengan ramah dan bersahabat di Gedung Putih. Dalam wawancara dengan Russia Today , Larisa Yefimova dari Moscow State Institute of International Relations menggambarkan Duterte sebagai orang yang tidak memiliki keterikatan dengan elite tradisional yang dididik AS dan memiliki semangat AS.
”Duterte merupakan pemimpin yang ingin mewujudkan Filipina sebagai negara berdaulat,” kata dia. Sebelumnya juru bicara Departemen Luar Negeri AS John Kirby mengungkapkan, kerja sama Rusia-Filipina itu tidak akan berdampak terhadap hubungan bilateral dengan Manila. ”Hubungan militer kita tetap kuat. Itu yang kita lihat,” kata dia.
Kirby mengungkapkan, kerja sama luar negeri bukan hal yang bersifat ganda dan dua entitas semata. Dia melihat kerja sama Rusia dan Filipina dalam tataran bilateral. ”Setiap negara memiliki hak untuk melaksanakan hubungan bilateral,” ucap dia. Sebelumnya, Oktober2016, Duterte pernah mengatakan akan memutuskan aliansi dengan AS.
”Di tempat ini saya mengumumkan perpisahan dengan AS,” kata Duterte dalam pertemuan dengan para pengusaha China. Pernyataan itu langsung disambut tepuk tangan hangat. Duterte juga kembali menyatakan AS telah kalah. ”Saya bukan boneka AS,” tegas Duterte. Pada kesempatan tersebut, Duterte mengatakan ingin membentuk aliansi dengan China dan Rusia.
Bukan hanya bersitegang dengan AS, negara-negara Uni Eropa (UE) juga berkonflik dengan Filipina karena mereka mengkritik kebijakan pembunuhan ribuan bandar narkoba. Sebagai pembalasan, Filipina juga menolak bantuan USD278 juta karena memiliki syarat untuk meningkatkan hak asasi manusia (HAM).
”Kita tidak menerima bantuan dengan syarat,” kata Menteri Luar Negeri Filipina Alan Peter Cayetano. ”Kita percaya dengan kemerdekaan kita. Kita tahu permasalahan kita lebih baik dibandingkan kalian (Eropa),” ungkap dia.
Credit sindonews.com