Negara harus menjawab. Jelas sudah mantan Direktur FBI Comey harus bersaksi di Kongres
Washington (CB) - Para anggota legislatif menuntut
informasi lebih lengkap dari pemerintah Donald Trump setelah terungkap
dia pernah meminta mantan direktur FBI James Comey untuk menghentikan
penyelidikan kaitan mantan penasihat keamanan nasional Gedung Putih
Michael Flynn dengan Rusia.
Berikut reaksi para anggota Kongres terhadap memo Comey yang mengguncangkan AS itu, dikutip dari Reuters:
"Saya ingin melihat memo itu segera. Saya sudah siapkan pena pertanyaan saya," cuit anggota Kongres dari Republik, Jason Chaffetz, ketua Komisi Pengawasan dan Reformasi Pemerintahan.
Seraya menyebut isi memo itu mengagetkan dan menghalang-halangi penegakan hukum, anggota Kongres dari Demokrat, Elijah Cummings, berkomentar, "Kita harus segera mendengarkan testimoni dari Direktur Comey, secara terbuka."
"Saya tidak mau baca memo. Saya ingin mendengarnya dari dia (Comey)," kata Senator Republik Lindsey Graham dalam wawancara MSNBC.
"Memo itu bukti kuat mengenai telah terjadi penghalang-halangan proses hukum dan pastinya menuntut dan memicu penyelidikan segera oleh penuntut khusus yang independen," kata Senator Demokrat Richard Blumenthal.
"Negara harus menjawab. Jelas sudah mantan Direktur FBI Comey harus bersaksi di Kongres," cuit anggota Kongres dari Republik, Frank LoBiondo.
"Saya kaget dan terperanjat oleh perkembangan baru ini dan akan membahasnya dengan Ketua Grassley (Chuck Grassley, ketua Komisi Kehakiman Senat), dan menunggu hal itu terjadi. Komisi Kehakiman adalah tempat yang layak untuk menggelar dengar pendapat dan mendapatkan dasar seterang-terangnya atas apa yang sudah diucapkan dan oleh siapa," kata Senator Demokrat Dianne Feinstein.
"Kabar itu membersitkan pertanyaan serius mengenai apakah presiden menghormati independensi FBI dan kewenangan lembaga penegak hukum. Penting sekali bagi Kongres mendapatkan memo ini dan meminta penjelasan dari mantan Direktur Comey. Rakyat Amerika berhak mendapatkan jawaban atas kelakuan Presiden Trump," kata Senator Demokrat Bob Casey.
Berikut reaksi para anggota Kongres terhadap memo Comey yang mengguncangkan AS itu, dikutip dari Reuters:
"Saya ingin melihat memo itu segera. Saya sudah siapkan pena pertanyaan saya," cuit anggota Kongres dari Republik, Jason Chaffetz, ketua Komisi Pengawasan dan Reformasi Pemerintahan.
Seraya menyebut isi memo itu mengagetkan dan menghalang-halangi penegakan hukum, anggota Kongres dari Demokrat, Elijah Cummings, berkomentar, "Kita harus segera mendengarkan testimoni dari Direktur Comey, secara terbuka."
"Saya tidak mau baca memo. Saya ingin mendengarnya dari dia (Comey)," kata Senator Republik Lindsey Graham dalam wawancara MSNBC.
"Memo itu bukti kuat mengenai telah terjadi penghalang-halangan proses hukum dan pastinya menuntut dan memicu penyelidikan segera oleh penuntut khusus yang independen," kata Senator Demokrat Richard Blumenthal.
"Negara harus menjawab. Jelas sudah mantan Direktur FBI Comey harus bersaksi di Kongres," cuit anggota Kongres dari Republik, Frank LoBiondo.
"Saya kaget dan terperanjat oleh perkembangan baru ini dan akan membahasnya dengan Ketua Grassley (Chuck Grassley, ketua Komisi Kehakiman Senat), dan menunggu hal itu terjadi. Komisi Kehakiman adalah tempat yang layak untuk menggelar dengar pendapat dan mendapatkan dasar seterang-terangnya atas apa yang sudah diucapkan dan oleh siapa," kata Senator Demokrat Dianne Feinstein.
"Kabar itu membersitkan pertanyaan serius mengenai apakah presiden menghormati independensi FBI dan kewenangan lembaga penegak hukum. Penting sekali bagi Kongres mendapatkan memo ini dan meminta penjelasan dari mantan Direktur Comey. Rakyat Amerika berhak mendapatkan jawaban atas kelakuan Presiden Trump," kata Senator Demokrat Bob Casey.
Credit antaranews.com
AS heboh lagi, memo ungkap Trump minta FBI tutup kasus Rusia
Washington (CB) - Presiden Amerika Serikat Donald Trump
pernah meminta Direktur FBI James Comey yang beberapa hari lalu
dipecatnya, untuk menutup penyelidikan kaitan antara mantan kepala
penasihat keamanan nasional Gedung Putih Michael Flynn dengan Rusia,
kata satu sumber yang diperlihatkan memo tulisan Comey.
Kabar terakhir yang eksplosif itu merangkai dengan satu pekan gonjang ganjing di Gedung Putih setelah Trump memecat Comey dan kemudian membocorkan informasi keamanan nasional yang sensitif mengenai ISIS kepada Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov.
Memo Comey yang pertama kali diwartakan oleh New York Times itu kemungkinan menimbulkan pertanyaan mengenai apakah Trump telah berusaha mengintervensi penyelidikan oleh FBI.
Comey menulis memo itu setelah bertemu Trump di Gedung Oval pada hari setelah sang presiden memecat Flynn pada 14 Februari karena tidak melapor kepada Wakil Presiden Mike Pence mengenai apa yang dia bicarakan tahun lalu dengan Duta Besar Rusia Sergei Kislyak.
"Saya harap Anda lepas (kasus) ini," kata Trump kepada Comey, menurut sumber tadi yang mengetahui isi memo Comey tersebut.
New York Times melaporkan bahwa pada rapat di Ruang Oval itu, Trump mengutuk serangkaian pembocoran dokumen pemerintah ke media massa dan meminta direktur FBI menuntut wartawan-wartawan dengan dakwaan mempublikasikan rahasia negara.
Gedung Putih tentu saja membantah laporan New York Times ini dengan menyatakan berita mengenai isi memo itu "tidak benar atau tidak akurat menggambarkan perbincangan antara Presiden dan Tuan Comey."
Pengunduran diri Flynn terjadi beberapa jam setelah Departemen Keadilan (diketuai jaksa agung tetapi membawahi badan-badan penegakan hukum seperti FBI dan DEA) memperingatkan Gedung Putih berpekan-pekan sebelumnya bahwa Flynn mungkin rentan diperas karena kontak-kontaknya dengan Kislyak sebelum Trump dilantik pada 20 Januari.
Pekan lalu, Kislyak bersama Lavrov ada di Gedung Putih ketika Trump membocorkan informasi sensitif.
Juru bicara FBI enggan mengomentari rincian memo tersebut.
Perkembangan terakhir ini terjadi menyusul tekanan para wakil rakyat Demokrat dan Republik kepada Trump untuk memberikan penjelasan lebih jauh mengapa dia membocorkan informasi intelijen yang sensitif kepada Lavrov.
Informasi sensitif itu sendiri didapat dinas intelijen AS dari satu sekutu AS dalam perang melawan ISIS, kata para pejabat seperti dikutip Reuters.
Kabar terakhir yang eksplosif itu merangkai dengan satu pekan gonjang ganjing di Gedung Putih setelah Trump memecat Comey dan kemudian membocorkan informasi keamanan nasional yang sensitif mengenai ISIS kepada Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov.
Memo Comey yang pertama kali diwartakan oleh New York Times itu kemungkinan menimbulkan pertanyaan mengenai apakah Trump telah berusaha mengintervensi penyelidikan oleh FBI.
Comey menulis memo itu setelah bertemu Trump di Gedung Oval pada hari setelah sang presiden memecat Flynn pada 14 Februari karena tidak melapor kepada Wakil Presiden Mike Pence mengenai apa yang dia bicarakan tahun lalu dengan Duta Besar Rusia Sergei Kislyak.
"Saya harap Anda lepas (kasus) ini," kata Trump kepada Comey, menurut sumber tadi yang mengetahui isi memo Comey tersebut.
New York Times melaporkan bahwa pada rapat di Ruang Oval itu, Trump mengutuk serangkaian pembocoran dokumen pemerintah ke media massa dan meminta direktur FBI menuntut wartawan-wartawan dengan dakwaan mempublikasikan rahasia negara.
Gedung Putih tentu saja membantah laporan New York Times ini dengan menyatakan berita mengenai isi memo itu "tidak benar atau tidak akurat menggambarkan perbincangan antara Presiden dan Tuan Comey."
Pengunduran diri Flynn terjadi beberapa jam setelah Departemen Keadilan (diketuai jaksa agung tetapi membawahi badan-badan penegakan hukum seperti FBI dan DEA) memperingatkan Gedung Putih berpekan-pekan sebelumnya bahwa Flynn mungkin rentan diperas karena kontak-kontaknya dengan Kislyak sebelum Trump dilantik pada 20 Januari.
Pekan lalu, Kislyak bersama Lavrov ada di Gedung Putih ketika Trump membocorkan informasi sensitif.
Juru bicara FBI enggan mengomentari rincian memo tersebut.
Perkembangan terakhir ini terjadi menyusul tekanan para wakil rakyat Demokrat dan Republik kepada Trump untuk memberikan penjelasan lebih jauh mengapa dia membocorkan informasi intelijen yang sensitif kepada Lavrov.
Informasi sensitif itu sendiri didapat dinas intelijen AS dari satu sekutu AS dalam perang melawan ISIS, kata para pejabat seperti dikutip Reuters.
Credit antaranews.com