Mantan Dikator Panama Manuel Noriega meninggal dunia di usia 83 tahun. (REUTERS/Beth Cruz)
Jakarta, CB --
Mantan Diktator Panama Manuel Antonio Noriega
mengembuskan napas terakhir di Panama City, Senin malam (29/5) waktu
setempat, di usia 83 tahun. Menteri Komunikasi Panama Manuel Dominguez
menyebut kesehatan Noriega terus memburuk setelah puluhan tahun
dipenjara akibat kejahatannya saat berkuasa.
“Manuel Noriega meninggal di Rumah Sakit Santo Tomas, Panama City,” ujar Dominguez, dalam sebuah pernyataan resmi kepada AFP.
Dominguez menambahkan, Noriega tengah dalam pemulihan usai operasi pengangkatan tumor otak, Maret lalu.
Presiden Panama Juan Carlos Varela mengucapkan bela sungkawa atas meninggalnya Noriega melalui Twitter. Dia menulis hal itu sebagai “penutup sebuah bab dalam sejarah Panama”. Varela juga menyebut bahwa mantan pemimpin negara itu patut dikebumikan dengan damai.
Noriega sempat mendekam selama puluhan tahun di penjara Panama karena terbukti bersalah memerintahkan penculikan dan pembunuhan selama berkuasa.
Dia diberi kesempatan bebas sementara pada 28 Februari untuk melakukan operasi pengangkatan tumor otak. Selain itu, kesehatan Noriega juga terus menurun dan dia menderita berbagai masalah kesehatan seperti gangguan pernapasan, kanker prostat serta depresi.
Atas alasan kesehatan, keluarga Noriega memohon pada pemerintah agar dia bisa menjalani sisa masa tahannya sebagai tahanan rumah.
Namun pemerintah menolak permohonan tersebut dan memerintahkan Noriega segera kembali ke penjara setelah pulih dari operasi.
Diagungkan lalu Digulingkan
Lahir pada tahun 1934 di keluarga miskin, Noriega memilih masuk militer di usia muda dan karirnya meroket hingga dia terpilih menjadi penguasa de facto di Panama.
“Saya mengenal Noriega ketika saya menjadi letnan dan dia masih jadi letnan kedua,” kata mantan Jendaral Pasukan Keamanan Ruben Dario Paredes, yang juga merupakan kritikus Noriega.
“Dia sangat atentif dan normal, tegas, disiplin serta terhormat. Namun, ketika dia berkuasa, dia jadi orang yang berbeda. Kekuasaan mengubahnya, merusak Noriega,” ujar Paredes menambahkan.
Noriega dilaporkan sempat direkrut oleh CIA pada tahun 1967, setahun sebelum dia terlibat dalam kudeta militer yang menggulingkan Presiden Arnulfo Arias pada 1968.
Pada waktu itu, Noriega memberikan dukungannya pada pemimpin kudeta, Jenderal Omar Torrijos, yang kemudian mempromosikan dia menjadi kepala unit intelijen militer G-2, yang ditakuti.
Pada 1983, dua tahun setelah tewasnya Torrijo akibat kecelakaan pesawat yang misterius, Noriega mengambil alih Garda Nasional dan menjadi pemimpin de facto Panama.
Di masa dia berkuasa, Noriega menjadi ‘agen ganda’ karena dia masih termasuk agen CIA. Selain itu dia juga kerap berhubungan dengan gembong narkoba Kolombia Pablo Escobar, serta penguasa Kuba Fidel Castro.
Tapi, kekejamannya yang terus meningkat dan hubungan dekatnya dengan para gembong narkoba membuat Panama kembali melakukan kudeta militer yang didukung Amerika Serikat.
Noriega digulingkan pada Desember 1989 dengan bantuan invasi AS. Dia menyerah pada tentara AS pada Januari 1990. Pria berjulukan ‘Muka Nanas’ itu kemudian diterbangkan ke AS untuk menghadiri pengadilan militer yang memvonis hukuman penjara dengan tuduhan perdagangan narkoba dan pencucian uang.
Pada 2010, Noriega dikirim ke Perancis, yang juga mendakwanya dengan tuduhan pencucian uang. Dia lalu diekstradisi ke Panama pada 2011 dimana negara mengadilinya secara in absentia, kemudian dijatuhi hukuman penjara karena pembunuhan politik dan perannya dalam membunuh tentara yang mencoba melakukan kudeta terhadap dia.
Ketika kembali ke Panama, Noriega yang dulu kuat dan gagah, kini tampak lemah. Dia harus menggunakan kursi roda dan menderita berbagai penyakit.
Dua tahun lalu, Noriega mengeluarkan permintaan maaf secara menyeluruh "kepada siapa saja yang merasa tersinggung, terpengaruh, dirugikan atau dipermalukan oleh tindakan saya.”
“Manuel Noriega meninggal di Rumah Sakit Santo Tomas, Panama City,” ujar Dominguez, dalam sebuah pernyataan resmi kepada AFP.
Dominguez menambahkan, Noriega tengah dalam pemulihan usai operasi pengangkatan tumor otak, Maret lalu.
Presiden Panama Juan Carlos Varela mengucapkan bela sungkawa atas meninggalnya Noriega melalui Twitter. Dia menulis hal itu sebagai “penutup sebuah bab dalam sejarah Panama”. Varela juga menyebut bahwa mantan pemimpin negara itu patut dikebumikan dengan damai.
Noriega sempat mendekam selama puluhan tahun di penjara Panama karena terbukti bersalah memerintahkan penculikan dan pembunuhan selama berkuasa.
Dia diberi kesempatan bebas sementara pada 28 Februari untuk melakukan operasi pengangkatan tumor otak. Selain itu, kesehatan Noriega juga terus menurun dan dia menderita berbagai masalah kesehatan seperti gangguan pernapasan, kanker prostat serta depresi.
Atas alasan kesehatan, keluarga Noriega memohon pada pemerintah agar dia bisa menjalani sisa masa tahannya sebagai tahanan rumah.
Namun pemerintah menolak permohonan tersebut dan memerintahkan Noriega segera kembali ke penjara setelah pulih dari operasi.
Kesehatan
Noriega terus memburuk setelah dia divonis hukuman penjara seumur hidup
atas kejahatannya selama berkuasa. (Foto: REUTERS/Handout)
|
Diagungkan lalu Digulingkan
Lahir pada tahun 1934 di keluarga miskin, Noriega memilih masuk militer di usia muda dan karirnya meroket hingga dia terpilih menjadi penguasa de facto di Panama.
“Saya mengenal Noriega ketika saya menjadi letnan dan dia masih jadi letnan kedua,” kata mantan Jendaral Pasukan Keamanan Ruben Dario Paredes, yang juga merupakan kritikus Noriega.
“Dia sangat atentif dan normal, tegas, disiplin serta terhormat. Namun, ketika dia berkuasa, dia jadi orang yang berbeda. Kekuasaan mengubahnya, merusak Noriega,” ujar Paredes menambahkan.
Noriega dilaporkan sempat direkrut oleh CIA pada tahun 1967, setahun sebelum dia terlibat dalam kudeta militer yang menggulingkan Presiden Arnulfo Arias pada 1968.
Pada waktu itu, Noriega memberikan dukungannya pada pemimpin kudeta, Jenderal Omar Torrijos, yang kemudian mempromosikan dia menjadi kepala unit intelijen militer G-2, yang ditakuti.
Pada 1983, dua tahun setelah tewasnya Torrijo akibat kecelakaan pesawat yang misterius, Noriega mengambil alih Garda Nasional dan menjadi pemimpin de facto Panama.
Di masa dia berkuasa, Noriega menjadi ‘agen ganda’ karena dia masih termasuk agen CIA. Selain itu dia juga kerap berhubungan dengan gembong narkoba Kolombia Pablo Escobar, serta penguasa Kuba Fidel Castro.
Tapi, kekejamannya yang terus meningkat dan hubungan dekatnya dengan para gembong narkoba membuat Panama kembali melakukan kudeta militer yang didukung Amerika Serikat.
Noriega digulingkan pada Desember 1989 dengan bantuan invasi AS. Dia menyerah pada tentara AS pada Januari 1990. Pria berjulukan ‘Muka Nanas’ itu kemudian diterbangkan ke AS untuk menghadiri pengadilan militer yang memvonis hukuman penjara dengan tuduhan perdagangan narkoba dan pencucian uang.
Pada 2010, Noriega dikirim ke Perancis, yang juga mendakwanya dengan tuduhan pencucian uang. Dia lalu diekstradisi ke Panama pada 2011 dimana negara mengadilinya secara in absentia, kemudian dijatuhi hukuman penjara karena pembunuhan politik dan perannya dalam membunuh tentara yang mencoba melakukan kudeta terhadap dia.
Ketika kembali ke Panama, Noriega yang dulu kuat dan gagah, kini tampak lemah. Dia harus menggunakan kursi roda dan menderita berbagai penyakit.
Dua tahun lalu, Noriega mengeluarkan permintaan maaf secara menyeluruh "kepada siapa saja yang merasa tersinggung, terpengaruh, dirugikan atau dipermalukan oleh tindakan saya.”
Credit CNN Indonesia