TEHERAN - Juru
bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Bahram Qasemi menegaskan, pihaknya
tidak akan menghentikan pengembangan program rudal mereka. Dia
menyatakan, program rudal ini ditujukan untuk pencegahan dan bukan untuk
melakukan invasi.
"Iran memiliki kebijakan rudal yang transparan dan program rudal Iran tidak melanggar satupun resolusi PBB," kata Qasemi dalam konferensi pers di Teheran, seperti dilansir Fars News pada Senin (29/5).
Di kesempatan yang sama, ia juga menjelaskan peran Iran di Irak dan Suriah, serta mengenai rancangan undang-undang baru di Amerika Serikat (AS). Dimana RUU baru AS tersebut memungkinan AS untuk memperkuat sanksi terhadap Iran.
Terkait Irak dan Suriah, Qasemi menuturkan, Iran hanya memainkan peran sebagai penasihat di Irak dan Suriah atas permintaan dari pemerintah kedua negara. Dia mencatat, tujuan utama Iran adalah untuk membantu kedua negara mengusir teroris dan membangun perdamaian di wilayah yang dilanda perang tersebut.
Mengenai RUU baru AS, dia mengatakan, tindakan dan kebijakan praktis AS penting bagi Iran, dan Teheran siap untuk melawan tindakan AS.
Berbicara mengenai reaksi Qatar dan Kuwait terhadap kunjungan Presiden AS Donald Trump ke wilayah tersebut, Qasemi mengatakan, kehadiran kekuatan asing di kawasan tersebut selalu mengganggu keamanan dan kesatuan regional.
"Tidak ada konsensus di antara negara-negara yang ikut dalam KTT Riyadh dalam deklarasi KTT tersebut," ungkapnya.
Qasemi menambahkan, Iran telah selalu berbicara dengan negara-negara regional, termasuk Kuwait, Qatar dan Oman untuk menyelesaikan perbedaan. "Sebelum KTT Riyadh, kami memperingatkan negara-negara Arab-Islam mengenai Israel berusaha menjahit perselisihan di antara negara-negara Islam," tukasnya.
"Iran memiliki kebijakan rudal yang transparan dan program rudal Iran tidak melanggar satupun resolusi PBB," kata Qasemi dalam konferensi pers di Teheran, seperti dilansir Fars News pada Senin (29/5).
Di kesempatan yang sama, ia juga menjelaskan peran Iran di Irak dan Suriah, serta mengenai rancangan undang-undang baru di Amerika Serikat (AS). Dimana RUU baru AS tersebut memungkinan AS untuk memperkuat sanksi terhadap Iran.
Terkait Irak dan Suriah, Qasemi menuturkan, Iran hanya memainkan peran sebagai penasihat di Irak dan Suriah atas permintaan dari pemerintah kedua negara. Dia mencatat, tujuan utama Iran adalah untuk membantu kedua negara mengusir teroris dan membangun perdamaian di wilayah yang dilanda perang tersebut.
Mengenai RUU baru AS, dia mengatakan, tindakan dan kebijakan praktis AS penting bagi Iran, dan Teheran siap untuk melawan tindakan AS.
Berbicara mengenai reaksi Qatar dan Kuwait terhadap kunjungan Presiden AS Donald Trump ke wilayah tersebut, Qasemi mengatakan, kehadiran kekuatan asing di kawasan tersebut selalu mengganggu keamanan dan kesatuan regional.
"Tidak ada konsensus di antara negara-negara yang ikut dalam KTT Riyadh dalam deklarasi KTT tersebut," ungkapnya.
Qasemi menambahkan, Iran telah selalu berbicara dengan negara-negara regional, termasuk Kuwait, Qatar dan Oman untuk menyelesaikan perbedaan. "Sebelum KTT Riyadh, kami memperingatkan negara-negara Arab-Islam mengenai Israel berusaha menjahit perselisihan di antara negara-negara Islam," tukasnya.
Credit sindonews.com