MOSKOW
- Hilangnya kehidupan warga sipil di Raqqa Suriah, seperti serangan
teroris di Manchester Arena Inggris, harus diselidiki secara menyeluruh.
Hal itu diungkapkan Wakil Ketua Pertama Parlemen Rusia untuk Pertahanan
dan Keamanan Frames Klintsevich.
Sebelumnya kantor berita SANA melaporkan bahwa koalisi internasional pimpinan AS telah melakukan operasi anti-teroris di provinsi Raqqa, Suriah, yang mengakibatkan kematian 20 warga sipil.
"Tragedi di Raqqa, dan juga di Manchester, harus diselidiki secara menyeluruh, dengan hukuman wajib bagi mereka yang bersalah," kata Klintsevich, seperti dikutip dari Sputniknews, Senin (29/5/2017).
Klintsevich menekankan bahwa ini bukan kasus pertama pembunuhan warga sipil di Suriah akibat serangan udara koalisi.
Koalisi yang dipimpin AS terhadap 68 negara sedang melakukan serangan udara, melepaskan tembakan artileri berbasis darat dan roket di Suriah dan Irak melawan ISIS. Koalisi tersebut mendukung Pasukan Demokratik Suriah (SDF), yang didominasi oleh pejuang Kurdi, tetapi juga termasuk anggota Koalisi Arab Suriah.
Koalisi belum memberikan komentar mengenai serangan udara di Raqqa sejauh ini.
Pada tanggal 15 Mei lalu, sebuah serangan udara yang dilakukan oleh koalisi di kota timur Suriah al-Bukamal dilaporkan membunuh setidaknya 31 warga sipil dan melukai banyak lainnya.
Sebelumnya, serangan pasukan koalisi AS juga memakan korban warga sipil tepatnya di distrik al-Mayadin, sebuah kota yang dikuasai oleh para jihadis dekat Deir al-Zor di Suriah timur. Setidaknya lebih dari 100 orang termasuk anak-anak dan anggota keluarga pejuang ISIS meregang nyawa.
Sebelumnya kantor berita SANA melaporkan bahwa koalisi internasional pimpinan AS telah melakukan operasi anti-teroris di provinsi Raqqa, Suriah, yang mengakibatkan kematian 20 warga sipil.
"Tragedi di Raqqa, dan juga di Manchester, harus diselidiki secara menyeluruh, dengan hukuman wajib bagi mereka yang bersalah," kata Klintsevich, seperti dikutip dari Sputniknews, Senin (29/5/2017).
Klintsevich menekankan bahwa ini bukan kasus pertama pembunuhan warga sipil di Suriah akibat serangan udara koalisi.
Koalisi yang dipimpin AS terhadap 68 negara sedang melakukan serangan udara, melepaskan tembakan artileri berbasis darat dan roket di Suriah dan Irak melawan ISIS. Koalisi tersebut mendukung Pasukan Demokratik Suriah (SDF), yang didominasi oleh pejuang Kurdi, tetapi juga termasuk anggota Koalisi Arab Suriah.
Koalisi belum memberikan komentar mengenai serangan udara di Raqqa sejauh ini.
Pada tanggal 15 Mei lalu, sebuah serangan udara yang dilakukan oleh koalisi di kota timur Suriah al-Bukamal dilaporkan membunuh setidaknya 31 warga sipil dan melukai banyak lainnya.
Sebelumnya, serangan pasukan koalisi AS juga memakan korban warga sipil tepatnya di distrik al-Mayadin, sebuah kota yang dikuasai oleh para jihadis dekat Deir al-Zor di Suriah timur. Setidaknya lebih dari 100 orang termasuk anak-anak dan anggota keluarga pejuang ISIS meregang nyawa.
Credit sindonews.com
Serangan Udara Koalisi AS Bunuh 20 Warga Sipil di Raqqa
"Pesawat tempur koalisi anti teror pimpinan AS menargetkan mobil yang mengangkut warga sipil dari Raqqa di antara kota-kota Ratleh dan Kasrah pada hari Sabtu," tulis SANA seperti dikutip dari Xinhua, Senin (29/5/2017).
Jumlah warga sipil yang menjadi korban serangan udara pimpinan koalisi AS telah meningkat baru-baru ini. Koalisi AS sendiri tengah intensif melakukan serangan udara terhadap Raqqa, ibu kota de facto dari kelompok ekstrimis ISIS, dan sejumlah basis ISIS lainnya di Suriah utara dan timur.
Kamis lalu, 35 warga sipil terbunuh oleh serangan AS di kota Mayadeen yang dikuasai ISIS di provinsi timur Deir al-Zour.
Pemerintah Suriah berulang kali mengecam serangan yang menargetkan warga sipil, yang memperkuat operasi koalisi anti teror pimpinan AS di Suriah sebagai tidak sah.
Pekan lalu, Kementerian Luar Negeri Suriah mengatakan bahwa serangan AS terhdap warga sipil yang menjadi bagian dari serangkaian serangan yang dilakukan oleh koalisi internasional adalah ilegal.
"Serangan tersebut melawan kedaulatan Suriah dan integritas teritorial dengan dalih memerangi terorisme, sementara tindakan aliansi ini hanya berkontribusi pada menyebarkan kekacauan dan kehancuran yang menguntungkan organisasi teroris ekstremis, terutama ISIS dan organisasi teroris lainnya," kata Kementerian Luar Negeri Suriah.
Kementerian tersebut mengatakan bahwa Suriah mengutuk serangan koalisi pimpinan AS yang menargetkan warga sipil dan menyebabkan kerusakan material yang besar terhadap infrastruktur, fasilitas, dan properti di Suriah. Suriah juga meminta Dewan Keamanan PBB untuk melaksanakan resolusi mengenai menjaga integritas wilayah dan orang-orang Suriah dan menghentikan serangan koalisi ilegal tersebut.
Pernyataan ini menyimpulkan dengan mengatakan bahwa Suriah mengulangi pentingnya menghentikan tindakan koalisi pimpinan AS dan menerapkan resolusi Dewan Keamanan terkait dengan kontra-terorisme, termasuk resolusi no.2253.
Credit sindonews.com