Presiden Korsel Moon Jae-In mendesak militer menerapkan
Jakarta, CB --
Presiden Korea Selatan Moon Jae-In memperingatkan
potensi tinggi konflik militer dengan Korea Utara, menyusul peluncuran
uji coba rudal pyongyang terbaru yang kian meningkatkan ketegangan di
kawasan.
Moon, yang baru dilantik menjadi presiden pada pekan lalu, menganggap ambisi nuklir dan rudal Korut semakin "maju dengan cepat."
"Saya tidak akan mentoleransi provokasi dan ancaman nuklir Korut," ucap Moon saat mengunjungi Kementerian Pertahanan, Rabu (17/5).
"Kami hidup di tengah keadaan dengan potensi tinggi bentrokan militer," katanya menambahkan.
Dalam lawatannya itu, Moon juga memerintahkan kemenhan mengadopsi pertahanan ketat yang dia sebut "postur pertahanan kedap air," mempersiapkan diri jika bentrokan militer sewaktu-waktu terjadi.
Politikus liberal itu memenangkan pemilu Korsel pada 9 Mei dengan perolehan suara 41,1 persen, mengalahkan empat kandidat lain.
Pernah maju dalam pemilu 2012 lalu, Moon menekankan pendekatan yang lebih bersifat mendamaikan dengan mengutamakan dialog dan rekonsiliasi dengan Korut.
Dia juga menyatakan keinginannya untuk mengunjungi Pyongyang jika diperlukan sebagai upaya meredakan ketegangan di kawasan.
Mantan pengacara HAM ini juga menyatakan akan membuka kembali jalur komunikasi dengan Korut di bawah kontrol kementerian unifikasi Korsel.
Namun, harapan perbaikan hubungan dengan saudara lamanya di utara itu semakin kecil setelah Pyongyang kembali meluncurkan rudal jarak menengah-jauh mereka pada Minggu (14/5), dekat wilayah Rusia.
Moon menegaskan, dialog antara Seoul dan pyongyang akan terjadi "hanya jika rezim Kim Jong-un mengubah perilaku" nakalnya terkait program nuklir Korut, seperti diberitakan AFP.
Moon, yang baru dilantik menjadi presiden pada pekan lalu, menganggap ambisi nuklir dan rudal Korut semakin "maju dengan cepat."
"Saya tidak akan mentoleransi provokasi dan ancaman nuklir Korut," ucap Moon saat mengunjungi Kementerian Pertahanan, Rabu (17/5).
"Kami hidup di tengah keadaan dengan potensi tinggi bentrokan militer," katanya menambahkan.
Dalam lawatannya itu, Moon juga memerintahkan kemenhan mengadopsi pertahanan ketat yang dia sebut "postur pertahanan kedap air," mempersiapkan diri jika bentrokan militer sewaktu-waktu terjadi.
Politikus liberal itu memenangkan pemilu Korsel pada 9 Mei dengan perolehan suara 41,1 persen, mengalahkan empat kandidat lain.
Pernah maju dalam pemilu 2012 lalu, Moon menekankan pendekatan yang lebih bersifat mendamaikan dengan mengutamakan dialog dan rekonsiliasi dengan Korut.
Dia juga menyatakan keinginannya untuk mengunjungi Pyongyang jika diperlukan sebagai upaya meredakan ketegangan di kawasan.
Mantan pengacara HAM ini juga menyatakan akan membuka kembali jalur komunikasi dengan Korut di bawah kontrol kementerian unifikasi Korsel.
Namun, harapan perbaikan hubungan dengan saudara lamanya di utara itu semakin kecil setelah Pyongyang kembali meluncurkan rudal jarak menengah-jauh mereka pada Minggu (14/5), dekat wilayah Rusia.
Moon menegaskan, dialog antara Seoul dan pyongyang akan terjadi "hanya jika rezim Kim Jong-un mengubah perilaku" nakalnya terkait program nuklir Korut, seperti diberitakan AFP.
Ketegangan antara Washington dan Pyongyang mencuat sejak awal tahun ini, dan semakin memburuk dalam beberapa pekan terakhir.
Pemerintahan Amerika Serikat di bawah Presiden Donald Trump bahkan telah mempersiapkan opsi militer jika Pyonyang tak mau bersikap dan menghentikan ambisi nuklirnya.
Sementara Korut mengancam pembalasan besar-besaran kepada Amerika jika itu terjadi. Dengan bangga, Pyongyang malah mengklaim peluncuran rudal pada akhir pekan lalu mampu membawa hulu ledak nuklir.
Pemerintahan Amerika Serikat di bawah Presiden Donald Trump bahkan telah mempersiapkan opsi militer jika Pyonyang tak mau bersikap dan menghentikan ambisi nuklirnya.
Sementara Korut mengancam pembalasan besar-besaran kepada Amerika jika itu terjadi. Dengan bangga, Pyongyang malah mengklaim peluncuran rudal pada akhir pekan lalu mampu membawa hulu ledak nuklir.
Credit CNN Indonesia
Presiden Baru Korsel: Perang 2 Korea Sangat Mungkin Terjadi
SEOUL
- Presiden baru Korea Selatan (Korsel) Moon Jae-in tidak memungkiri
bahwa perang antara negaranya dengan Korea Utara (Korut) sangat mungkin
terjadi. Komentar soal potensi pecahnya perang dua Korea ini muncul
setelah Pyongyang sukses menguji tembak rudal balistik yang diklaim bisa
untuk membawa hulu ledak nuklir.
”Kenyataannya adalah bahwa ada kemungkinan konflik militer yang tinggi di garis batas NLL (Northern Limit Line atau Garis Batas Utara) dan garis demarkasi militer,” kata Moon seperti dikutip Reuters, Kamis (18/5/2017). Menurutnya, Seoul mampu menyerang balik jika terjadi serangan.
NLL yang disengketakan terletak di Laut Kuning antara Korsel dan Korut. NLL ini dianggap sebagai batas maritim de facto di antara dua Korea. Sedangkan garis demarkasi militer 1953 berfungsi sebagai perbatasan darat kedua Korea.
Korut yang dipimpin diktator muda Kim Jong-un mengklaim uji tembak rudal balistik terbaru pada hari Minggu lalu dengan mempertimbangkan keamanan negara-negara tetangga. Meski demikian, Presiden Moon mengkritik tindakan Pyongyang sebagai tantangan serius bagi perdamaian dan stabilitas global.
”Kami tidak akan mentolerir provokasi Korea Utara dan ancaman nuklir lainnya,” kata Moon saat berkunjung ke Kementerian Pertahanan Korsel di Seoul pada hari Rabu yang dilansir kantor berita Yonhap.
Moon menegaskan bahwa Seoul akan secara tegas menangani Korut. Pernyataan tersebut muncul saat Dewan Keamanan PBB mengancam menjatuhkan sanksi teranyar terhadap Pyongyang.
Namun, Korut menolak menghentikan uji coba senjatanya termasuk rudal dan nuklir. ”Sampai Amerika Serikat dan para pengikutnya membuat pilihan yang tepat, kami akan terus memproduksi senjata nuklir yang canggih dan beragam serta cara yang mencolok dan mendorong untuk mempersiapkan uji coba yang diperlukan,” tulis Yonhap mengutip diplomat Korut, Pak Jong-hak.
Rudal yang diluncurkan pada hari Minggu lalu menempuh jarak 700km sebelum jatuh ke Laut Jepang atau juga dikenal sebagai Laut Timur. Proyektil senjata Korut itu mendarat sekitar 500 km dari perbatasan Rusia, namun tidak menimbulkan ancaman keamanan,
Kementerian Pertahanan Rusia menyatakan. Tes rudal tersebut menyusul dua uji tembak rudal Pyongyang yang gagal sebelumnya.
Ketegangan Korut dan AS di Semenanjung Korea telah meningkat dalam beberapa pekan terakhir. Washington telah mengirim kapal perang ke wilayah tersebut dan melakukan latihan perang dengan sekutu-sekutunya dalam upaya untuk mencegah Pyongyang melakukan lebih banyak uji coba nuklir dan rudal.
”Kenyataannya adalah bahwa ada kemungkinan konflik militer yang tinggi di garis batas NLL (Northern Limit Line atau Garis Batas Utara) dan garis demarkasi militer,” kata Moon seperti dikutip Reuters, Kamis (18/5/2017). Menurutnya, Seoul mampu menyerang balik jika terjadi serangan.
NLL yang disengketakan terletak di Laut Kuning antara Korsel dan Korut. NLL ini dianggap sebagai batas maritim de facto di antara dua Korea. Sedangkan garis demarkasi militer 1953 berfungsi sebagai perbatasan darat kedua Korea.
Korut yang dipimpin diktator muda Kim Jong-un mengklaim uji tembak rudal balistik terbaru pada hari Minggu lalu dengan mempertimbangkan keamanan negara-negara tetangga. Meski demikian, Presiden Moon mengkritik tindakan Pyongyang sebagai tantangan serius bagi perdamaian dan stabilitas global.
”Kami tidak akan mentolerir provokasi Korea Utara dan ancaman nuklir lainnya,” kata Moon saat berkunjung ke Kementerian Pertahanan Korsel di Seoul pada hari Rabu yang dilansir kantor berita Yonhap.
Moon menegaskan bahwa Seoul akan secara tegas menangani Korut. Pernyataan tersebut muncul saat Dewan Keamanan PBB mengancam menjatuhkan sanksi teranyar terhadap Pyongyang.
Namun, Korut menolak menghentikan uji coba senjatanya termasuk rudal dan nuklir. ”Sampai Amerika Serikat dan para pengikutnya membuat pilihan yang tepat, kami akan terus memproduksi senjata nuklir yang canggih dan beragam serta cara yang mencolok dan mendorong untuk mempersiapkan uji coba yang diperlukan,” tulis Yonhap mengutip diplomat Korut, Pak Jong-hak.
Rudal yang diluncurkan pada hari Minggu lalu menempuh jarak 700km sebelum jatuh ke Laut Jepang atau juga dikenal sebagai Laut Timur. Proyektil senjata Korut itu mendarat sekitar 500 km dari perbatasan Rusia, namun tidak menimbulkan ancaman keamanan,
Kementerian Pertahanan Rusia menyatakan. Tes rudal tersebut menyusul dua uji tembak rudal Pyongyang yang gagal sebelumnya.
Ketegangan Korut dan AS di Semenanjung Korea telah meningkat dalam beberapa pekan terakhir. Washington telah mengirim kapal perang ke wilayah tersebut dan melakukan latihan perang dengan sekutu-sekutunya dalam upaya untuk mencegah Pyongyang melakukan lebih banyak uji coba nuklir dan rudal.
Credit sindonews.com