Rabat, Maroko (CB) - Dengan dukungan Teheran bagi kaum
separtis di Sahara Barat sebagai alasan, Maroko mengumumkan pemutusan
hubungan dengan Iran pada Selasa (1/5), hanya beberapa tahun setelah
normalisasi hubungan diplomatik mereka.
Di dalam pernyataan kepada pers, Menteri Luar Negeri Maroko Nasser Bourita mengatakan negaranya akan mengusir duta besar Iran untuk Maroko dan menutup kedutaan besarnya di Teheran sehubungan dengan "dukungan Iran bagi gerakan separatis Sahara Barat, Front Polisario".
Menteri luar negeri Maroko tersebut mengatakan negaranya memiliki "bukti kuat" keterlibatan Iran melalui sekutunya Hisbullah di Lebanon dalam mendukung Front Polisario secara militer dan melalui pelatihan anggotanya guna merusak kestabilan dan keamanan Maroko.
Bourita menyatakan bahwa dia sebelumnya secara resmi telah menyerahkan bukti itu kepada timpalannya dari Iran di Teheran. Bukti itu meliputi dokumentasi pengiriman senjata ke kelompok tersebut.
Persaingan Maroko-Iran bukan hal baru dan sudah terjadi sejak Revolusi Iran pada 1979. Maroko, bersama dengan kebanyakan negara mayoritas muslim Sunni, mengkritik dan mencurigai rencana Iran di kawasan itu.
Dengan berubahnya iklim regional pada awal 1990-an, kedua negara memutuskan untuk memulihkan hubungan diplomatik. Tapi, setelah dua dasawarsa hubungan bilateral yang relatif stabil, ketegangan muncul lagi.
Pada 2009, Maroko memutuskan hubungan dengan Iran, menuduh Teheran mendukung upaya untuk mengubah rakyat Maroko, yang kebanyakan Sunni, menjadi pengikut Syiah serta mempertanyakan kedaulatan sekutunya di Teluk, Bahrain.
Lalu, terjadi perbaikan bertahap dalam hubungan mereka, yang mencapai puncaknya dengan pemulihan penuh hubungan diplomatik pada penghujung 2016.
Pada Desember 2016, Duta Besar Maroko yang baru diangkat untuk Iran Hassan Hami mulanya mengajukan surat kepercayaannya kepada Presiden Iran Hassan Rouhani dua tahun setelah Teheran mempersiapkan seorang duta besar dan membuka kembali kedutaan besarnya di Rabat, Maroko.
Namun, selama puluhan tahun sebelumnya, Maroko telah mengecam tindakan Teheran di Timur Tengah, terutama ke arah sekutunya di Teluk, yang menyuarakan dukungan bagi tindakan terkini Rabat.
"Kami mendukung perhatian Maroko pada isu-isu nasionalnya dan menentang campur tangan Iran dalam urusan dalam negerinya. Posisi kami tetap ...," kata Menteri Negara Urusan Luar Negeri Uni Emirat Arab Anwar Gargash di akun Twitter.
Pada gilirannya, Menteri Luar Negeri Bahrain Khalid Al Khalifa juga menyampaikan dukungan buat Maroko.
Bahrain memuji keputuan tepat Maroko memutuskan hubungan dengan Iran sebagai akibat dari dukungan Teheran bagi musuh dan kerja samanya dengan kelompok Hizbullah, kata Al Khalifa sebagaimana dikutip Xinhua.
Di dalam pernyataan kepada pers, Menteri Luar Negeri Maroko Nasser Bourita mengatakan negaranya akan mengusir duta besar Iran untuk Maroko dan menutup kedutaan besarnya di Teheran sehubungan dengan "dukungan Iran bagi gerakan separatis Sahara Barat, Front Polisario".
Menteri luar negeri Maroko tersebut mengatakan negaranya memiliki "bukti kuat" keterlibatan Iran melalui sekutunya Hisbullah di Lebanon dalam mendukung Front Polisario secara militer dan melalui pelatihan anggotanya guna merusak kestabilan dan keamanan Maroko.
Bourita menyatakan bahwa dia sebelumnya secara resmi telah menyerahkan bukti itu kepada timpalannya dari Iran di Teheran. Bukti itu meliputi dokumentasi pengiriman senjata ke kelompok tersebut.
Persaingan Maroko-Iran bukan hal baru dan sudah terjadi sejak Revolusi Iran pada 1979. Maroko, bersama dengan kebanyakan negara mayoritas muslim Sunni, mengkritik dan mencurigai rencana Iran di kawasan itu.
Dengan berubahnya iklim regional pada awal 1990-an, kedua negara memutuskan untuk memulihkan hubungan diplomatik. Tapi, setelah dua dasawarsa hubungan bilateral yang relatif stabil, ketegangan muncul lagi.
Pada 2009, Maroko memutuskan hubungan dengan Iran, menuduh Teheran mendukung upaya untuk mengubah rakyat Maroko, yang kebanyakan Sunni, menjadi pengikut Syiah serta mempertanyakan kedaulatan sekutunya di Teluk, Bahrain.
Lalu, terjadi perbaikan bertahap dalam hubungan mereka, yang mencapai puncaknya dengan pemulihan penuh hubungan diplomatik pada penghujung 2016.
Pada Desember 2016, Duta Besar Maroko yang baru diangkat untuk Iran Hassan Hami mulanya mengajukan surat kepercayaannya kepada Presiden Iran Hassan Rouhani dua tahun setelah Teheran mempersiapkan seorang duta besar dan membuka kembali kedutaan besarnya di Rabat, Maroko.
Namun, selama puluhan tahun sebelumnya, Maroko telah mengecam tindakan Teheran di Timur Tengah, terutama ke arah sekutunya di Teluk, yang menyuarakan dukungan bagi tindakan terkini Rabat.
"Kami mendukung perhatian Maroko pada isu-isu nasionalnya dan menentang campur tangan Iran dalam urusan dalam negerinya. Posisi kami tetap ...," kata Menteri Negara Urusan Luar Negeri Uni Emirat Arab Anwar Gargash di akun Twitter.
Pada gilirannya, Menteri Luar Negeri Bahrain Khalid Al Khalifa juga menyampaikan dukungan buat Maroko.
Bahrain memuji keputuan tepat Maroko memutuskan hubungan dengan Iran sebagai akibat dari dukungan Teheran bagi musuh dan kerja samanya dengan kelompok Hizbullah, kata Al Khalifa sebagaimana dikutip Xinhua.
Credit antaranews.com