Kamis, 16 Maret 2017

Jepang Kirim Kapal Perang ke LCS di Tengah Larangan Agresi


 
Jepang Kirim Kapal Perang ke LCS di Tengah Larangan Agresi  
Ilustrasi kapal perang di perairan lepas. (Foto: AFP PHOTO/OZAN KOSE) 
 
Jakarta, CB -- Jepang berencana mengirimkan kapal perangnya melalui perairan Laut China Selatan dalam rangkaian latihan angkatan laut selama tiga bulan di perairan Hindia. Latihan itu dilakukan bersama India dan Amerika Serikat pada Juli mendatang.

Seorang sumber menuturkan, dalam perjalanannya menuju Samudera Hindia, kapal perang pengangkut helikopter yang bernama Izumo ini juga akan berhenti di Singapura, Indonesia, Filipina, dan Sri Lanka. Ini merupakan tur armada laut Jepang terbesar di kawasan sejak Perang Dunia II.

"Kapal akan kembali ke Jepang pada Agustus mendatang. Tujuan pelayaran ini adalah untuk menguji kapabilitas Izumo dalam sebuah misi panjang. Kapal akan berlatih dengan angkatan laut AS di LCS," tutur sumber yang tak ingin dibuka identitasnya kepada Reuters, Selasa (14/3).


Kapal Izumo memiliki kapasitas besar dengan panjang sekitar 249 meter dan dapat mengangkut hingga sembilan helikopter perang. Kapal ini juga dikabarkan memiliki kapabilitas serangan amfibi yang serupa dengan kapal perang AS.

Juru bicara pasukan pertahanan maritim Jepang menolak mengomentari rencana pelayaran kapal perangnya ini.

Di bawah komando Perdana Menteri Shinzo Abe, Jepang mulai berupaya memperluas kebijakan militer dan pertahanan mereka yang selama ini dibatasi oleh konstitusi, setelah ekspansi dalam Perang Dunia II di kawasan Pasifik, 1941-1945.



Usai Perang Pasifik bergulir, konstitusi melarang Jepang memiliki senjata pertahanan ofensif dan melakukan serangan atau agresi ke negara lain. Karena itu, kapal perang Izumo dibentuk sebagai kapal perusak, bukan kapal penyerang.

Walaupun begitu, pelayaran kapal tersebut bisa disebut sebagai proyeksi kemampuan militer Jepang, jauh di luar wilayahnya.

Pelayaran kapal ini bertepatan dengan meningkatnya ketegangan militer di Asia Timur dan juga di perairan LCS, yang disengketakan antara China dan sejumlah negara di Asia Tenggara seperti Vietnam, Filipina, dan Malaysia.


China mengklaim hampir 90 persen wilayah di perairan yang memiliki jalur perdagangan global mencapai US$5 triliun setiap tahunnya itu.

Meski Jepang tidak memiliki klaim di perairan itu, Tokyo memiliki sengketa perairan dengan Beijing di Laut China Timur.

Jepang dan AS juga kerap melayangkan kekhawatiran mereka mengenai kebebasan berudara dan bernavigasi di perairan yang dianggap mereka sebagai perairan internasional tersebut.

Presiden AS Donald Trump juga berencana mengambil tindakan yang lebih tegas dalam menghadapi China di LCS. Washington memprotes keras pembangunan pulau buatan dan fasilitas militer di perairan itu yang dikhawatirkan membatasi kebebasan bernavigasi.



Credit  CNN Indonesia


Video :






Credit  https://www.youtube.com/watch?v=KvIUOjXIHag