Kamis, 30 Maret 2017

Turki Akhiri Operasi Militer di Suriah



Turki Akhiri Operasi Militer di Suriah
Perdana Menteri Turki menyatakan jika operasi militer Turki di Suriah telah berakhir. Foto/Istimewa
 

ANKARA - Turki telah mengakhiri operasi militer di Suriah yang diberi nama Eufrat Shields yang dimulai pada Agustus lalu. Pernyataan berakhirnya operasi militer itu diungkapkan oleh Perdana Menteri Binali Yildirim.

Dalam sebuah wawancara dengan penyiar NTV, Yildirim mengatakan operasi militer telah berhasil. Ia menambahkan bahwa operasi lebih lanjut akan dilakukan di bawah nama yang berbeda seperti dikutip dari Reuters, Kamis (30/3/2017).

Turki meluncurkan serangan ke dalam Suriah utara lebih dari enam bulan yang lalu untuk mendorong pejuang ISIS jauh dari perbatasan dan menghentikan kemajuan pejuang Kurdi.

Turki yang didukung pemberontak Suriah berhasil merebut sejumlah kota dari tangan ISIS termasuk Jarabulus, Al-Rai, Dabiq dan akhirnya Al-Bab, di mana tentara Turki berkelanjutan korban berat. Kota strategis Al-Bab, hanya 25 kilometer sebelah selatan dari perbatasan Turki, adalah benteng terakhir ISIS di provinsi utara Suriah Aleppo.

Presiden Recep Tayyip Erdogan mengatakan Turki ingin bekerja dengan sekutu-sekutunya untuk merebut benteng ISIS di Raqa Suriah tetapi tanpa keterlibatan milisi Kurdi Suriah. Turki menganggap pasukan Kurdi Suriah sebagai bagian dari Pasukan Pekerja Kurdi (PKK) yang dianggap sebagai kelompok teroris oleh Turki.

Sikap Turki ini berbeda dengan Amerika Serikat (AS) selaku sekutu Ankara. Bagi AS, milisi Kurdi Suriah yang tergabung dalam YPG adalah sekutu dalam melawan kelompok ekstrimis ISIS di Suriah. 



Credit  sindonews.com


Turki Klaim Operasi Militer 'Perisai Efrat' di Suriah Sukses

Turki Klaim Operasi Militer Perisai Efrat di Suriah Sukses
Para tentara Turki dengan tank-tank tempur saat menjalankan operasi miliiter 'Perisai Efrat' di Suriah utara. Foto / REUTERS
 

ANKARA - Pemerintah Turki mengklaim operasi militer “Euphrates Shield” atau “Perisai Efrat” di Suriah utara sukses. Klaim itu diumumkan Dewan Keamanan Nasional Turki (NSC) sebagai tanda diakhirinya operasi tersebut.

NSC telah menggelar pertemuan pada hari Rabu yang dihadiri oleh Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. Menurut NSC, operasi “Perisai Efrat” merupakan operasi militer untuk memberangus kelompok Islamic State atau ISIS di Suriah utara yang berbatasan dengan Turki.

”Telah dicatat bahwa operasi 'Perisai Efrat’ yang dimulai dengan tujuan menjamin keamanan nasional, mencegah ancaman dari Daesh (ISIS) dan kembalinya pengungsi Suriah ke rumah mereka telah berhasil diselesaikan,” kata NSC dalam sebuah pernyataan yang dikutip dari situs resminya, mgk.gov.tr, Kamis (30/3/2017).

Kesimpulan dari keberhasilan operasi militer itu juga dikonfirmasi oleh Perdana Menteri (PM) Turki Binali Yildirim.

PM Yildrim mengatakan kepada penyiar stasiun NTV bahwa operasi tersebut telah berhasil dan militer Turki akan bertindak lebih lanjut di bawah nama operasi yang berbeda.

Turki meluncurkan operasi “Perisai Efrat” pada 24 Agustus 2016. Tujuannya, untuk membersihkan perbatasan Turki dengan Suriah dari ISIS dan pasukan PYD Kurdi yang dianggap Ankara sebagai kelompok teroris.

Dalam perkembangannya, operasi militer Turki ini diketahui telah mendukung Tentara Pembebasan Suriah (FSA)—pasukan oposisi atau pemberontak Suriah—di lapangan.

Pemerintah Suriah yang dipimpin Presiden Bashar al-Assad telah mengkritik kehadiran pasukan Turki di Suriah utara sebagai tindakan agresi. Suriah bahkan pernah meminta Dewan Keamanan PBB untuk memaksa Turki menarik pasukan invasinya dari Suriah utara.

Pengumuman dari Turki itu soal operasi militernya di Suriah utara itu muncul sehari sebelum Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson mengunjungi Turki. Kunjungan Menlu Tillerson ini kemungkinan akan membahas isu operasi militer di Raqqa dan isu-isu lain soal krisis Suriah. 




Credit  sindonews.com