Rabu, 22 Maret 2017

Bendung Agresi China, Taiwan Produksi Kapal Selam Sendiri


 
Bendung Agresi China, Taiwan Produksi Kapal Selam Sendiri  
Presiden taiwan Tsai Ing-wen berjanji akan memperbaharui kapabilitas militer negaranya, termasuk membangun kapal selam guna mengantisipasi agresi militer China. (Foto: REUTERS/Tyrone Siu)
 
Jakarta, CB -- Taiwan berencana memodernisasi kapabilitas militer dengan membangun proyek kapal selam dan memperbaharui perdagangan senjatanya dengan Amerika Serikat. Presiden Tsai Ing-wen mengatakan, langkah ini dilakukan guna membendung ancaman militer China yang kian membahayakan.

"Memperkuat kapabilitas bertarung dibawah laut yang paling dibutuhkan dalam pertahanan Taiwan saat ini," ungkap Tsai saat melakukan tur kapal selam di pelabuhan angkatan laut Zuoying, Selasa (21/3).

"Ini adalah masalah yang telah diakui semua orang. Taiwan tidak mampu memecahkan masalah pertahanan ini di masa lalu. Sebagai komando angkatan bersenjata, saya bertekad untuk memecahkan masalah ini," kata dia, seperti dikutip Reuters.

Dalam tur itu, setidaknya empat buah kapal selam dipertunjukkan. Kapal selam hitam yang Tsai tumpangi diketahui telah beroperasi selama hampir setengah abad.


Sementara tiga kapal selam lain dibuat pada masa Perang Dunia II, dibeli dari AS dan Belanda sekitar 1980 dan 1970.

Meski menunjukkan tekad kuat, di sisi lain, hal ini juga menandakan bahwa Taiwan lambat dalam memperbaharui alat pertahanan kunci mereka.

Wakil Presiden National Chung-shan Institute of Technology--badan penelitian dan pengembangan militer Kementerian Pertahanan, Gao Chung-hsing, mengatakan membangun proyek kapal selam bukan hal yang besar.

"Poin pentingnya adalah kapal selam seperti apa yang akan dibuat," kata Gao.

Menurut sumber kementerian pertahanan, Taiwan harus mengalokasikan anggaran jangka panjang setidaknya US$99 juta atau setara Rp1,3 triliun selama empat tahun untuk merampungkan proyek kapal selam ini.

Untuk itu, bantuan asing sangat diperlukan oleh Taipei, khususnya dalam hal finansial dan hal teknis seperti pemasangan sistem elektronik serta perangkat keras kapal.

Sebab, selama ini, wilayah di bagian timur China ini belum pernah memproduksi kapal selam sendiri.

Tsai, yang merupakan pemimpin Partai Progresif Demokratik (DPP), dipandang memiliki misi untuk memerdekakan Taiwan dari China.
Pada Desember lalu, Tsai melakukan terobosan diplomatik dengan berbincang langsung dengan Presiden AS Donald Trump yang baru saja memenangi pemilu.

Percakapan kedua negara ini adalah yang pertama kalinya sejak AS menangguhkan hubungan diplomatiknya dengan Taiwan dalam rangka memulihkan hubungan dengan China, 30 tahun lalu.

Beijing kerap memprotes negara yang memiliki hubungan diplomatik dengan China, namun sekaligus berupaya menjalin hubungan dengan Taiwan. Sebab, China menganggap Taiwan sebagai wilayah pembangkang yang ingin memerdekakan diri, lepas dari China.


Credit  CNN Indonesia