Jumat, 17 Maret 2017

PM Belanda Rutte menuju kemenangan besar atas Wilders

 
PM Belanda Rutte menuju kemenangan besar atas Wilders
Perdana Menteri Belanda Mark Rutte dari partai Liberal VVD tampil di hadapan pendukungnya di The Hague (Den Haag), Belanda, Rabu (15/3/2017). (REUTERS/Yves Herman)
 
Amsterdam (CB) - Perdana Menteri Belanda Mark Rutte diperkirakan menuju kemenangan gemilang atas lawannya yang anti-Islam dan anti-Uni Eropa, Geert Wilders, dalam pemilihan umum Rabu, sangat melegakan bagi pemerintah Uni Eropa lain yang sedang menghadapi gelombang nasionalisme.

"Tampaknya VVD akan menjadi partai terbesar di Belanda untuk ketiga kalinya berturut-turut," kata seorang pendukung Rutte dalam pesta pasca-pemilu di Den Haag. "Malam ini kita akan sedikit merayakan."

Rutte mendapat pesan ucapan selamat dari para pemimpin Eropa dan berbicara dengan beberapa di antaranya melalui telepon.

"Ini juga merupakan malam di mana Belanda, setelah Brexit, setelah pemilu Amerika, mengatakan 'berhenti' pada jenis populisme yang salah," katanya.

Wilders mengatakan ia belum mencapai kemenangan pemilu yang ia harapkan dan siap menjadi oposisi tangguh.

"Saya lebih suka menjadi partai terbesar .... tapi kami bukan partai yang telah kalah. Kami memperoleh kursi. Itu hasil yang bisa dibanggakan," kata Wilders kepada wartawan.

Dengan 55 persen suara telah dihitung, Partai VVD Rutte diproyeksikan memenangi 32 dari 150 kursi di parlemen, turun dari 41 pada pemilihan terakhir tahun 2012.

Wilders berada dalam koalisi tiga partai untuk memperoleh tempat kedua dengan 19 kursi bersama Partai Kristen Demokrat CDA dan Demokrat 66 berdasarkan data dari Kantor Berita ANP.

Dengan tingkat partisipasi pemilih 81 persen, yang tertinggi dalam 30 tahun pemilihan, pemilu tersebut merupakan ujian apakah Belanda ingin mengakhiri puluhan tahun liberalisme dan memilih jalur nasionalis dan anti-imigran dengan memilih Wilders dengan janji "de-Islamicise" Belanda dan keluar dari Uni Eropa.

Hasilnya melegakan bagi kelompok arus utama di seluruh Eropa, terutama di Prancis dan Jerman, di mana nasionalis sayap kanan berharap membuat dampak besar dalam pemilu tahun ini, dan berpotensi menimbulkan ancaman bagi Uni Eropa.

Kandidat sayap kanan Marine Le Pen siap melaju di pemilihan presiden Prancis pada Mei, sementara euroskeptis, anti-imigran, Alternatif untuk Jerman, tampaknya akan masuk parlemen federal Jerman untuk pertama kalinya dalam pemilihan September.

Kepala Staf Kanselir Jerman Angela Merkel, Peter Altmaier, tak bisa menahan kegembiraannya dengan hasil pemilu Belanda, mencuit: "Belanda, oh Belanda Anda juara ..... Selamat atas hasil besar ini!."

Sementara Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Marc Ayrault mencuit: "Selamat kepada Belanda karena telah membendung kebangkitan sayap kanan-jauh."

Namun Mabel Berezin, profesor sosiologi di Cornell University, Amerika Serikat, mengatakan kekalahan Wilders, yang sudah ada di parlemen selama hampir dua dekade, mestinya tidak dianggap sebagai memudarnya populisme.

"Dia tidak mewakili satu gelombang populis. Sebaliknya, dia adalah bagian dari lansekap politik dan bagaimana partainya tidak memberi tahu kita banyak tentang populisme Eropa," katanya sebagaimana dikutip kantor berita Reuters.




Credit  antaranews.com