Rabu, 08 Maret 2017

Pelesiran Mewah ke Bulan, Ongkosnya Rp 1,3 Triliun

 Pelesiran Mewah ke Bulan, Ongkosnya Rp 1,3 Triliun
Ilustrasi bulan. AP/The Gainesville Sun, Matt Stamey
 
 CB, Jakarta - Pelesiran ke luar angkasa tampaknya akan segera terwujud. Perusahaan roket Amerika Serikat, SpaceX, yakin bisa mewujudkan perjalanan membawa wisatawan ke bulan dua tahun ke depan.

Hasrat manusia menjelelajah angkasa bisa ditelusuri hingga pada 1972 lalu.  “Kita pergi seperti saat datang, dan jika Tuhan mengizinkan, kita bisa kembali dengan damai dan membawa harapan bagi umat manusia.” Kalimat itulah yang diucapkan astronaut Eugene A. Cernan sebelum meninggalkan bulan dengan wahana Apollo 17 bersama rekannya, Ronald E. Evans dan Harrison H. Schmitt, pada 14 Desember 1972.

Cernan, yang wafat di usia 82 tahun pada 16 Januari lalu, menjadi manusia terakhir yang menjejakkan kaki di bulan. Ekspedisi manusia ke bulan tak dilanjutkan lagi setelah Apollo 17 mendarat di bumi pada 19 Desember 1972. 

Misi ke bulan tidak dilanjutkan karena biayanya sangat tinggi. Selama misi Apollo, NASA mendapatkan hampir 5 persen dari total anggaran. Selain itu, pada saat bersamaan, pembangunan stasiun di orbit bumi tengah digodok.

Namun Cernan bisa jadi bukanlah orang terakhir yang pergi ke bulan. Perusahaan roket Amerika Serikat, SpaceX, menghidupkan kembali rencana membawa manusia terbang ke bulan.

Bos SpaceX, Elon Musk, 27 Februari lalu, mengumumkan rencana perusahaannya untuk menerbangkan dua pelanggan ke bulan pada akhir 2018. Perjalanan pergi-pulang itu akan berlangsung selama sepekan dan para turis akan menumpang kapsul Dragon 2 yang sedang dikembangkan SpaceX.

Para penumpang, yang identitasnya masih dirahasiakan, bersedia membayar sekitar US$ 100 juta atau Rp 1,3 triliun untuk melihat bulan dari dekat. Menurut Musk, mereka akan mengelilingi bulan, melayang mendekati permukaannya, lalu kembali meluncur ke bumi.

“Jarak yang ditempuh mungkin sekitar 500-650 ribu kilometer,” kata Musk—yang juga pendiri perusahaan mobil listrik Tesla Motors.

Manusia pertama kali melihat sisi lain bulan pada 1968 lewat misi Apollo 8. Setelah itu, ada enam misi berawak yang berhasil mendaratkan manusia di permukaan bulan.

Teknologi penerbangan antariksa berkembang pesat, termasuk pembangunan Stasiun Antariksa Internasional. Namun, setelah Cernan cs, tak ada lagi manusia yang diterbangkan ke bulan.

Wayne Hale, mantan manajer program pesawat ulang-alik Badan Antariksa Amerika Serikat, menilai jadwal Musk untuk mengantar manusia ke bulan tahun depan terlalu mepet.

“Bahkan, dengan teknologi yang ada saat ini, akan sangat sulit dan berbahaya untuk dilakukan,” kata Hale, seperti ditulis laman Space.com. “Aku berharap mereka sukses. Namun, sebagai pembayar pajak, aku senang jika tak ada uang dilibatkan di sini.”

Phil Larson, bekas penasihat kebijakan antariksa Presiden Barrack Obama yang pernah bekerja sama dengan SpaceX, juga mengatakan misi ke bulan akan sangat sulit dilakukan sesuai jadwal Musk.

Meski begitu, menurut dia, penundaan jadwal penerbangan, termasuk demi alasan keamanan, tak akan mengubah daya tarik misi tersebut. “Bahkan, jika target 2018 baru terlaksana pada 2019, tetap akan menjadi peristiwa yang sangat bersejarah.” 



Credit  tempo.co