Para pemimpin ASEAN bahas keamanan di kawasan (Foto: AFP)
CB, Vientiane:
Pertemuan kepala negara dan pemerintahan ASEAN dilanjutkan kembali di
hari kedua. Perdamaian dan stabilitas di ASEAN menjadi perhatian bagi
Indonesia.
Presiden Joko Widodo sekali lagi menyerukan negara-negara ASEAN
untuk menjaga perdamaian dan stabilitas kawasan. Hal tersebut
disampaikan Presiden saat mengemukakan pandangannya pada pertemuan
'retreat' KTT ASEAN ke-29 yang digelar pada Rabu 7 September 2016 di
National Convention Centre (NCC), Vientiane, Laos.
"ASEAN wajib menjaga rumah kita dan memastikan adanya perdamaian
dan stabilitas yang berkelanjutan," tegas Presiden Joko Widodo, di
Vientiane, Laos, Rabu (7/9/2016).
Berbagai mekanisme yang ada di ASEAN saat ini, seperti ASEAN Plus
Three (ASEAN+3), ASEAN Regional Forum (ARF) dan East Asia Summit (EAS)
dianggap Presiden belum sepenuhnya menjamin ketenangan di kawasan.
Sejumlah aktivitas di wilayah Asia Tenggara berpotensi meningkatkan
ketegangan dan dapat mengakibatkan konflik terbuka.
"Untuk itu kita memerlukan arsitektur keamanan kawasan yang kokoh,
yang komprehensif, yang memajukan sentralitas ASEAN dan berkontribusi
lebih efektif bagi keamanan dan stabilitas kawasan," ujar Presiden dalam
keterangan tertulis Biro Pers Istana, seperti dikutip Metrotvnews.com, Selasa (7/9/2016).
Mantan Gubernur DKI Jakarta itu pun berharap arsitektur kawasan ini
pada nantinya dapat mencapai tujuan yang tercantum pada 'Treaty of
Amity and Cooperation' (TAC) dan East Asia Summit Bali Principles 2011.
Presiden Joko Widodo bersama Menlu Retno Marsudi di KTT ASEAN (Foto: AFP)
Presiden Joko Widodo bersama Menlu Retno Marsudi di KTT ASEAN (Foto: AFP)
Selain isu keamanan dan arsitektur kawasan, Presiden juga
mengangkat pentingnya kerja sama maritim. Presiden menegaskan agar ASEAN
dapat segera menerapkan secara nyata komitmen kerja sama maritim yang
telah disepakati pada pertemuan tingkat tinggi East Asia Summit (EAS)
tahun 2015.
"Bagi saya kerja sama maritim juga harus sungguh-sungguh atasi
sumber konflik di laut seperti pencurian ikan, sengketa wilayah,
penculikan dan perampokan bersenjata," kata Presiden.
Presiden juga mencatat beberapa lokasi di laut memerlukan perhatian
khusus setiap negara anggota ASEAN. "Jangan sampai aksi kriminal di
laut kita menjadi 'a new normal'. Saya mendorong agar kita tingkatkan
kerja sama keamanan laut," imbuh Presiden.
Bahaya ekstremisme dan terorisme di Asia Tenggara, tidak luput
dalam perhatian Presiden Jokowi. Untuk itu dirinya meminta kepada semua
kepala negara atau pemerintahan ASEAN untuk mengoptimalkan semua
mekanisme ASEAN untuk memerangi ekstremisme terorisme.
"Kita harus ambil tindakan bersama dan perkuat keamanan rumah kita masing-masing," pungkasnya Presiden.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyampaikan bahwa
stabilitas di Asia Tenggara ini merupakan kebanggaan dari ASEAN. Namun,
lanjut Menlu mengutip pernyataan Presiden Jokowi, akhir-akhir ini
terdapat dinamika yang perlu mendapatkan perhatian kita.
Isu-isu yang perlua menjadi perhatian antara lain, situasi di Laut
China Selatan. Kemudian, yang kedua adalah situasi di Semenanjung
Korea. Dan yang ketiga, adalah situasi perairan di sekitar Sulu.
Credit Metrotvnews.com