Sementara itu, Amerika Serikat mendesak pemberontak dukungan Iran menerima tawaran itu.
Menteri Luar Negeri Adel al-Jubeir, yang negaranya melancarkan serangan udara terhadap pemberontak Yaman, mengumumkan pengajuan itu setelah melakukan pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry.
Jubeir mengatakan telah memberi tahu mitranya dari Amerika itu soal "ide kerajaan mengenai gencatan senjata lima hari di Yaman untuk berkoordinasi dengan organisasi internasional guna menyalurkan bantuan ke Yaman jika kelompok Huthi dan sekutunya bersedia menerima tawaran tersebut dan tidak melakukan penyerangan".
Tanggal bagi dimulainya gencatan senjata "akan segera ditentukan," ujarnya.
Kerry mengatakan ia setuju bahwa "gencatan ini (juga) ditetapkan pada (kelompok) Huthi".
"Kami sangat mendesak Huthi dan pihak-pihak di belakang mereka... untuk menggunakan pengaruh mereka untuk tidak kehilangan kesempatan memperhatikan kepentingan rakyat Yaman dan menemukan jalan damai ke depan," kata Kerry kepada para wartawan di Riyadh.
Iran dituding memberikan dukungan kepada para pemberontak Huthi Syiah, yang juga dibantu oleh unit-unit militer yang setia kepada mantan presiden Ali Abdullah Saleh.
Serangan udara koalisi yang telah berlangsung selama berminggu-minggu telah memunculkan kekhawatiran tentang meningkatkan korban jiwa di kalangan warga sipil dan meningkatnya krisis kemanusiaan.
"Amerika Serikat tetap merasa sangat khawatir tentang situasi di lapangan di Yaman dan kami mendukung penuh upaya-upaya untuk melancarkan pengiriman bantuan kemanusiaan dengan leluasa," kata Kerry.
Menteri luar negeri AS itu mengatakan "baik Arab Saudi maupun AS tidak membicarakan pengiriman tentara darat ke Yaman" kendati pemerintah negara yang terkoyak perang itu meminta pihak asing melakukan intervensi di darat, demikian AFP.
Credit ANTARA News