KAIRO
- Mesir dilaporkan telah menutup perbatasan Rafah dan membatasi warga
Palestina untuk memasuki negara itu dari Gaza. Hal ini dilakukan Kairo
setelah personil Otoritas Palestina (PA) menarik diri dari perbatasan
Rafah dan para perwira Hamas mengambil tempat mereka.
Pertikaian mengenai perbatasan itu berakar dari keretakan antara PA yang didukung Barat dan Hamas yang mengambil alih Gaza lebih dari satu dekade lalu dalam perang saudara singkat. Kelompok-kelompok HAM mengatakan Rafah telah menjadi satu-satunya titik keluar dari Gaza bagi warga Gaza.
Pertikaian mengenai perbatasan itu berakar dari keretakan antara PA yang didukung Barat dan Hamas yang mengambil alih Gaza lebih dari satu dekade lalu dalam perang saudara singkat. Kelompok-kelompok HAM mengatakan Rafah telah menjadi satu-satunya titik keluar dari Gaza bagi warga Gaza.
Petugas PA dikerahkan ke pos perbatasan antara Gaza dengan Israel dan Mesir pada tahun 2017, sebuah langkah yang sebagian besar membuka Rafah untuk lalu lintas dua arah, tidak lama setelah Mesir sukses menengahi pembicaraan antara Hamas dan Fatah.
Pada hari Minggu, PA mengumumkan pengunduran dirinya dari Rafah, menuduh Hamas merusak operasi mereka disana dan menahan beberapa pekerjanya.
Salah seorang warga Gaza, Hani Abu Sharekh, yang istrinya saat ini dirawat di Kairo, mengatakan bahwa dia berharap Mesir akan segera membuka kembali perbatasan itu dan membolehkan warga Palestina di Gaza untuk menyebrang denga bebas.
"Tidak ada alternatif untuk menyeberang Rafah, itu adalah satu-satunya jendela bagi sebagian besar orang kami untuk melakukan perjalanan dan mencari perawatan dan pendidikan," Abu Sharekh, seperti dilansir Reuters pada Selasa (8/1).
Sementara itu, Hamas mengatakan Presiden Palestina, Mahmoud Abbas, yang mengepalai PA dan telah memberlakukan serangkaian sanksi ekonomi terhadap Gaza untuk menekan kelompok itu, sedang menghancurkan prospek persatuan di tubuh Palestina dengan sejumlah kebijakakan yang dia ambil.
Credit sindonews.com