Jumat, 04 Januari 2019

Inggris Berencana Bangun Pangkalan Angkatan Laut di Asia Tenggara




Kapal induk terbaru Inggris, HMS Queen Elizabeth memasuki pangkalan angkatan laut Portsmouth setelah menyelesaikan uji coba laut keduanya, 21 November 2017. HMS Queen Elizabeth akan resmi masuk dalam Angkatan Laut Kerajaan Inggris pada 7 Desember 2017. Matt Cardy/Getty Images
Kapal induk terbaru Inggris, HMS Queen Elizabeth memasuki pangkalan angkatan laut Portsmouth setelah menyelesaikan uji coba laut keduanya, 21 November 2017. HMS Queen Elizabeth akan resmi masuk dalam Angkatan Laut Kerajaan Inggris pada 7 Desember 2017. Matt Cardy/Getty Images

CB, Jakarta - Inggris berencana untuk membangun pangkalan angkatan laut di Asia Tenggara. Rencana ini dikemukakan Menteri Pertahanan Inggris Gavin Williamson, selama wawancara dengan The Sunday Telegraph pekan ini.
Dalam wawancara, Williamson mengatakan pangkalan angkatan laut kemungkinan akan berada di antara Brunei Darussalam dan Singapura, seperti yang dilansir dari South China Morning Post, 2 Januari 2019.

Willamson mengatakan Inggris akan membuka dua pangkalan militer baru dalam beberapa tahun ke depan, termasuk salah satunya di Karibia. Ia mengatakan langkah ini akan mengembalikan Inggris menjadi pemain di ranah global setelah Brexit.
"Ini adalah momen terbesar bangsa sejak akhir Perang Dunia II, ketika kita dapat menyusun kembali diri kita dengan cara yang berbeda, kita benar-benar dapat memainkan peran di panggung dunia yang dunia harapkan kita mainkan," katanya.

Menhan Inggris, Gavin Williamson. REUTERS
Langkah ini menandai perubahan kebijakan dari penarikan Inggris dari pangkalan militer di Asia Tenggara dan Teluk Persia pada 1960-an.
Namun langkah ini, jika direalisasikan, akan membayangi hubungan Cina dengan tetangganya di ASEAN dan akan membuat ketegangan berlanjut setelah kapal perang Inggris berlayar di dekat Pulau Paracel Laut Cina Selatan.


"Ini jelas merupakan gerakan melenturkan otot yang menargetkan Cina dan menunjukkan keterlibatan yang lebih erat dari kekuatan eksternal dalam perselisihan Laut Cina Selatan," kata Xu Liping, seorang profesor di Institut Studi Asia-Pasifik di Chinese Academy of Social Sciences.
Ni Lexiong, seorang pakar kemaritiman di Shanghai University of Political Science and Law, juga mengatakan rencana itu memberikan bukti Inggris dan sekutu kunci Amerika lainnya semakin menyelaraskan diri dengan pendekatan garis keras Presiden AS Donald Trump terhadap Cina.


Beijing telah lama melihat peningkatan aktivitas militer Washington di Laut Cina Selatan yang disengketakan sebagai ancaman bagi stabilitas regional dan telah menyatakan keprihatinannya terhadap strategi Indo-Pasifik, yang dipandang sebagai bagian dari upaya AS yang lebih luas untuk menggagalkan ambisi Cina untuk menjadi negara adidaya global.
Rencana pangkalan militer Inggris bisa menjadi kabar baik bagi sekutu AS di wilayah sengketa Laut Cina Selatan.
Xu juga mengatakan bahwa meskipun rencana Inggris masih pada tahap awal, itu akan menguji hubungan Cina dengan Singapura dan Brunei, yang keduanya adalah bekas jajahan Inggris.

Sultan Hassanal Bolkiah dari Brunei bersalaman dengan Presiden Cina Xi Jinping saat upacara penyambutan di forum Kerja sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC), di Pusat Konvensi Internasional di Danau Yanqi di Beijing 11 November 2014. [Reuters / Kim Kyung- Hoon]
Beijing telah berusaha keras untuk merayu Brunei, pihak lain dalam sengketa Laut Cina Selatan, melalui kerja sama ekonomi Belt and Road Initiative. Presiden Xi Jinping mengunjungi Brunei pada November untuk memperkuat hubungan, yang membuat perdagangan bilateral melambung dalam beberapa bulan terakhir.
Sementara itu, hubungan Cina dengan Singapura, yang bukan merupakan pihak yang menuntut Laut Cina Selatan, diuji dua tahun lalu ketika Beijing menuduh negara kota berpihak pada AS di Laut Cina Selatan.

Selama pertemuan KTT ASEAN pada November kemarin, Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong memperingatkan bahwa negara-negara Asia Tenggara telah terjebak dalam persaingan antara Beijing dan Washington dan ASEAN mungkin dipaksa untuk memilih pihak yang bertikai.
Terlepas dari ambisinya untuk mengembalikan kejayaan masa lalunya sebagai negara global, Ni mengatakan masih harus melihat apakah Inggris dapat mengandalkan rencana semacam itu untuk pangkalan-pangkalan luar negeri ketika mereka berjuang dengan kekurangan anggaran selama bertahun-tahun untuk mempertahankan pertahanan militer yang kuat, bahkan untuk pangkalan angkata laut di perairan Asia Tenggara.







Credit  tempo.co



https://dunia.tempo.co/read/1160930/inggris-berencana-bangun-pangkalan-angkatan-laut-di-asia-tenggara/full&view=ok