Perdana Menteri Australia Scott Morrison (REUTERS/Marcos Brindicci)
Sebelumnya, Perdana Menteri Australia, Scott Morrison membuat pengumuman yang tak terduga bahwa dirinya berpikiran terbuka untuk memindahkan kedutaan Australia ke Yerusalem, dengan demikian berarti turut mengakui kota itu sebagai ibukota Israel.
Duta besar Mesir untuk Australia, Mohamed Khairat mengatakan kepada Reuters bahwa pernyataan itu mendorong pertemuan 13 duta besar negara-negara Arab untuk mengadakan pertemuan di ibu kota Australia.
"Kami telah sepakat bahwa kami akan mengirim surat kepada menteri luar negeri yang mengungkapkan kekhawatiran kami terkait pernyataan semacam itu," kata dia.
"Setiap keputusan seperti itu dapat merusak proses perdamaian. Hal ini akan memberikan implikasi yang sangat negatif pada hubungan dengan Australia, dan tidak hanya negara-negara Arab saja, tapi banyak (negara Islam) juga," kata dia menambahkan.
Sebelumnya, Morrison mengatakan bahwa Australia mulai mempertimbangkan keputusan memindahkan Kedutaan Besar ini karena proses perdamaian antara Israel dan Palestina tak kunjung usai, dengan salah satu isu utama perebutan Yerusalem sebagai ibu kota.
"Kami mendukung solusi dua negara, tapi sayangnya itu tak berjalan dengan baik, tak begitu banyak perkembangan, dan kalian tidak bisa melakukan hal yang sama terus menerus tapi mengharapkan hasil berbeda," ujar Morrison sebagaimana dikutip AFP.
Masa depan politik Morrison memang sedang di ujung tanduk. Popularitasnya langsung merosot setelah menggulingkan PM Australia sebelumnya yang dinilai lebih moderat, Malcolm Turnbull.
Selama menjabat, Turnbull selalu menolak keputusan Presiden Donald Trump yang memindahkan kedubes Amerika Serikat untuk Israel ke Yerusalem. Menurutnya, keputusan itu sama sekali tak membantu perdamaian.
Kini, Morrison pun menampik anggapan bahwa ia mempertimbangkan pemindahan kedubes itu berdasarkan keputusan Trump.
"Saya mengambil keputusan ini tanpa referensi apa pun dari Amerika Serikat," katanya.
Credit cnnindonesia.com