Cina adalah mitra dagang terbesar Australia.
CB,
CANBERRA -- Sebuah laporan terbaru yang diterbitkan pada Jumat (26/10)
menyebutkan bahwa Australia yang sudah mengalami pertumbuhan ekonomi
yang bagus bisa mengalami kemunduran. Hal itu karena keributan politik
di dalam negeri dan terlalu tergantung dalam perdagangan dengan Cina.
Laporan yang ditulis oleh Editor Asia Majalah
The Economist
yang terbit di Inggris Edward McBride mengatakan Australia sudah
menjadi 'salah satu negara dengan perekonomian terbaik di dunia' karena
pertumbuhan ekonomi yang stabil dan ketahanan melewati guncangan dua
kriris ekonomi dunia.
Disebutkan juga bahwa tidak ada negara lain yang pernah
mengalami pertumbuhan ekonomi seperti yang dialami Australia. McBride
mengatakan itu terjadi karena adanya reformasi yang dilakukan 30 tahun
lalu oleh mantan perdana menteri Bob Hawke dan Paul Keating. Keduanya
mengambangkan nilai dolar dan mederegulasi sektor keuangan dan juga
adanya diversifikasi ekonomi belakangan di masa berakhirnya
booming di bidang pertambangan.
Berbicara dengan
ABC,
McBride mengatakan pertumbuhan ekonomi di Australia selama 27 tahun
tanpa resesi dengan sistem layanan kesehatan yang terjangkau. Pensiun
juga merupakan faktor utama yang membuat Australia menjadi seperti saat
ini.
Namun laporan tersebut mengatakan
ketergantungan Australia pada perdagangan dengan Cina, selain juga
keributan politik dalam negeri memliki potensi menghancurkan kebijakan
yang sudah menjadi kunci sukses ekonomi selama ini.
Boikot dari Beijing bisa mempengaruh kehidupan di Australia
Cina
adalah mitra dagang terbesar Australia dengan impor dan ekspor bernilai
183 miliar dolar Australia tahun lalu menurut Komisi Perdagangan dan
Investasi Australia. Mitra dagang terbesar kedua adalah Jepang dengan
nilai 71 miliar dolar Australia yang mengambil posisi kedua menggeser
Amerika Serikat tahun lalu.
Photo: Cina adalah pembeli terbesar biji besi, wool dan minuman anggur dari Australia. (Reuters: Aly Song)
Cina
menjadi pembeli bij besi, wool, baja dan anggur terbesar dari Australia
dan juga menjadi pasar bagi 16 persen turis yang mengunjungi Australia.
Dalam laporannya, McBride mengatakan kemungkinan boikot ekonomi yang
dilakukan Cina bisa memberi dampak besar bagi Australia.
"Bila
turis dari Cina menghilang, atau warga Cina berhenti menengguk anggur
Australia, banyak warga Australia akan terpengaruh kehidupannya." tulsi
McBride.
Kemungkinan
adanya boikot tersebut bisa saja terjadi dan pernah terjadi di masa
lalu. Tahun lalu Beijing melakukan boikot terhadap Korea Selatan karena
keputusan Seoul untuk memasang sistem anti rudal buatan Amerika Serikat.
Namun
Hans Hendrischke, profesor pakar bisnis China di University of Sydney
mengatakan hubungan bisnis itu melibatkan dua pihak. "Masalah dengan
kemugkinan ini adalah bahwa pengurangan sepihak dalam hubungan dagang
antara Cina dan Austalia akan menyebabkan kerugian ekonomi segera, dan
tidak ada manfaat politiknya." kata Hendrischke. Ia menambahkan kedua
belah pihak menyediakan barang dan jasa yang tidak dimiliki oleh
masing-masing negara.
Menteri Perdagangan Turisme dan Investasi Australia Simon Birmingham mengatakan kepada
ABC
bahwa Australia akan terus mendukung sistem perdagangan multilateral,
dengan membuka 'pintu-pintu baru' bagi pengusaha Australia lewat
perjanjian dagang dengan Indonesia, Hong Kong dan Uni Eropa.
"Kami
sudah memiliki hubungan dagang dan investasi yang kuat dengan Cina,
Amerika Serikat, dan banyak negara lain." katanya dalam sebuah
pernyataan.
"Saya terus mendesak semua pihak untuk
menghormati aturan perdagangan internasional yang sudah lama ada, dan
menghindari tindakan yang bisa merusak perekonomian mereka dan negara
lain."