PARIS
- Presiden Prancis, Emanuel Macron menyayangkan keputusan Belgia untuk
membeli puluhan jet tempur siluman F-35 produksi Lockheed Martin Amerika
Serikat (AS). Macron menyebut, keputusan Belgia tidak sejalan dengan
kepentingan Eropa.
Berbicara pasca melakukan pertemuan dengan Presiden Slovakia, Andrej Kiska, Macron menyatakan, pihaknya menghormati keputusan Belgia tersebut. Meski demikian, dia juga menyesalkan keputusan Brussels, karena tidak mempertimbangkan kepentingan Uni Eropa (UE) dalam keputusannya.
"Ini adalah keputusan yang merupakan hasil dari proses yang sangat saya hormati dan yang terkait dengan kendala politik khusus untuk Belgia, yang tidak bagi saya untuk dikomentari, tetapi secara strategis itu bertentangan dengan kepentingan Eropa," ucap Macron, seperti dilansir Sputnik pada Jumat (26/10).
Sebelumnya diwartakan, kemarin, pejabat Belgia mengumumkan telah mengakhiri kompetisi antara F-35 Lockheed Martin dan Eurofighter Typhoon. Jet tempur siluman generasi kelima Amerika itu akan menggantikan F-16 Belgia yang telah uzur.
Berbicara pasca melakukan pertemuan dengan Presiden Slovakia, Andrej Kiska, Macron menyatakan, pihaknya menghormati keputusan Belgia tersebut. Meski demikian, dia juga menyesalkan keputusan Brussels, karena tidak mempertimbangkan kepentingan Uni Eropa (UE) dalam keputusannya.
"Ini adalah keputusan yang merupakan hasil dari proses yang sangat saya hormati dan yang terkait dengan kendala politik khusus untuk Belgia, yang tidak bagi saya untuk dikomentari, tetapi secara strategis itu bertentangan dengan kepentingan Eropa," ucap Macron, seperti dilansir Sputnik pada Jumat (26/10).
Sebelumnya diwartakan, kemarin, pejabat Belgia mengumumkan telah mengakhiri kompetisi antara F-35 Lockheed Martin dan Eurofighter Typhoon. Jet tempur siluman generasi kelima Amerika itu akan menggantikan F-16 Belgia yang telah uzur.
Pejabat
Belgia dalam pengumumannya tidak menjelaskan mengapa mereka memilih
F-35 ketimbang Eurofighter Typhoon, tetapi sejumlah faktor menunjukkan
potensi ancaman konflik dengan Rusia menjadi alasannya.
Credit sindonews.com