Rabu, 01 Februari 2017
AS Kaji Kemampuan Bertahan Hidup Pemimpin Rusia dari Serangan Nuklir
WASHINGTON - Badan-badan intelijen dan Komando Strategis Pentagon diarahkan untuk mengevaluasi kemampuan “bertahan hidup” para pemimpin Rusia dan China terhadap serangan nuklir di fasilitas pertahanan atas dan bawah tanah mereka. Arahan itu muncul dari Kongres Amerika Serikat (AS).
Studi komprehensif akan dilakukan oleh badan-badan intelijen AS serta Komando Strategis Pentagon, karena merupakan otoritas yang bertanggung jawab atas kekuatan nuklir Amerika. Mereka akan mengevaluasi apakah pemimpin Rusia dan Cina bisa bertahan terhadap serangan nuklir dan terus beroperasi di lingkungannya pasca-serangan.
Arahan dari Kongres AS itu muncul dalam laporan “National Defense Authorization Act (NDAA) 2017”. Kajian ini akan mencakup identifikasi berbagai fasilitas—baik atas maupun bawah tanah—yang digunakan pemimpin politik dan militer senior masing-masing negara tersebut.
”Para pejabat penting dan organisasi dari masing-masing negara yang terlibat dalam mengelola dan mengoperasikan fasilitas, program, dan kegiatan tersebut juga harus diidentifikasi,” bunyi dokumen NDAA, yang mencatat soal rencana perang yang rumit.
”Ahli kami sedang menyusun respons yang tepat,” kata Kapten Angkatan Laut Brook DeWalt, juru bicara Komando Strategis Pentagon, kepada Bloomberg, dalam sebuah email yang dikirim hari Senin.
”Sementara itu terlalu dini untuk menyampaikan rincian pada titik ini, kita dapat memperbarui (informasi) Anda lebih lanjut di kemudian hari,” lanjut DeWalt, yang dikutip Selasa (31/1/2017).
Meskipun studi ini diperintahkan sebelum Donald Trump menjabat sebagai Presiden AS, namun sinkron dengan pernyataan Trump bahwa dia tanpa syarat akan mendukung penguatan persenjataan strategis AS.
Anggota Kongres dari Partai Republik asal Ohio, Mike Turner, dalam sebuah email kepada Bloomberg mengingatkan pemerintah AS untuk memahami strategi Rusia dan China untuk kasus konflik.
”AS harus memahami bagaimana China dan Rusia berniat untuk berperang dan bagaimana kepemimpinan mereka memberi perintah dan mengendalikan potensi konflik. Pengetahuan ini penting bagi kita untuk mencegah ancaman tersebut,” katanya.
Credit sindonews.com