Jumat, 28 November 2014
Ketua OJK Akui Perbankan Belum Mengenal Industri Kemaritiman
lustrasi: Kapal pengangkut barang bersandar di Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta Utara, yang dikelola PT Pelabuhan Indonesia II, Rabu (21/12/2011). PT Pelindo II akan segera merealisasikan untuk merealisasikan kapal ro-ro khusus barang agar angkutan barang tidak terlalu membebani jalan raya.
JAKARTA, CB - Dukungan industri perbankan untuk sektor maritim, khususnya dalam bentuk pembiayaan, masih minim. Padahal, industri perbankan dan industri keuangan non-bank ditargetkan menjadi sumber pendanaan penting bagi sektor maritim.
Hal ini terjadi, menurut Ketua Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Muliaman Hadad, karena ketidaktahuan pelaku industri keuangan pada sektor maritim.
"Tak kenal maka tak masuk (untuk berinvestasi), sayang kan? Perlu ada edukasi praktisi lembaga keuangan agar pengetahuan dan literasi di bidang kemaritiman bisa dorong minat untuk lebih jauh lagi membiayai industri kemaritiman," ujar Muliaman dalam pembukaan diskusi fokus grup yang diadakan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) di Jakarta, Kamis (27/11/2014).
"Perbankan Indonesia menilai kondisi maritim risikonya tinggi karena ketidakpahaman," imbuhnya.
Dalam pidato pembukaannya, Muliaman mengatakan bahwa industri perbankan, industri keuangan non-bank akan ditargetkan menjadi tulang punggung penyediaan kredit bagi pelaku sektor maritim. Namun, sebelumnya, sektor maritim juga dituntut untuk berbenah diri.
"Kalau ada perusahaan kemaritiman yang belum listed saya dorong untuk listed ke pasar modal. Penyaluran kredit ke pelaku usaha di bidang kemaritiman perlu ditingkatkan, terutama nelayan dan masyarakat kemaritiman. Meningkatkan keahlian di bidang kelautan. Dengan demikian, kita punya kompetensi," ujarnya.
Sejauh ini, kinerja pendanaan dari perbankan untuk sektor maritim pun masih belum memuaskan. Berdasarkan laporan industri perdagangan per September 2014, jumlah kredit perbankan untuk bidang kemaritiman sebesar Rp 67,33 triliun.
Jumlah ini hanya sekitar 1,85 persen dari total keseluruhan kredit perbankan yang jumlah totalnya mencapai Rp 3.561 triliun. Jumlah tersebut memang meningkat dari posisi akhir 2013, Rp 61,19 triliun. Namun, kredit macet (non performing loan, NPL-nya) juga meningkat. NPL kredit kemaritiman per September 2014 14,19 persen dan akhir tahun 2013 13,05 persen.
"NPL-nya juga besar, saya tidak tahu apa betul untuk cari ikan atau untuk kebutuhan lain," pungkasnya.
Credit KOMPAS.com