CB, Bandung - Masih saja minyak sawit beserta
turunannya dari Indonesia dimusuhi di pasar Uni Eropa. Bukan persoalan
rusaknya ekosistem atau pencemaran udara, ini murni persaingan dagang.
Tanpa bermaksud membela industri sawit Indonesia, Arif Havas Oegroseno, Duta Besar Indonesia untuk Belgia, Luxemburg dan Uni Eropa mengatakan bahwa produk minyak sawit tanah air, baik dari segi kualitas maupun harga, masih jauh lebih baik dari produk yang dihasilkan petani-petani di Eropa.
"Sangat sederhana. Eropa punya jutaan petani yang menghasilkan minyak nabati sun flower, dan langsung berkompetisi dengan minyak sawit Indonesia. Kalau isu-nya adalah perang dagang, kita akan segera masuk," kata Arif kepada wartawan dalam keterangan persnya di sela Indonesian Palm Oil Confrence (IPOC) 2014 di Bandung, Jawa Barat.
Lebih ironis lagi, industri besar di Eropa meminta agar Indonesia mendapat hukuman anti dumping dengan membayar denda sebesar 180 juta Euro. Padahal, hampir separuh minyak sawit untuk kepentingan ekspor diproduksi petani kecil yang menggarap 4,4 juta hektar lahan.
Ini artinya, sama saja petani kecil Indonesia mensubsidi industri raksasa di Eropa. "Kabar ini yang tidak pernah muncul di diskusi sawit," kata Arif.
Credit INILAHCOM
Tanpa bermaksud membela industri sawit Indonesia, Arif Havas Oegroseno, Duta Besar Indonesia untuk Belgia, Luxemburg dan Uni Eropa mengatakan bahwa produk minyak sawit tanah air, baik dari segi kualitas maupun harga, masih jauh lebih baik dari produk yang dihasilkan petani-petani di Eropa.
"Sangat sederhana. Eropa punya jutaan petani yang menghasilkan minyak nabati sun flower, dan langsung berkompetisi dengan minyak sawit Indonesia. Kalau isu-nya adalah perang dagang, kita akan segera masuk," kata Arif kepada wartawan dalam keterangan persnya di sela Indonesian Palm Oil Confrence (IPOC) 2014 di Bandung, Jawa Barat.
Lebih ironis lagi, industri besar di Eropa meminta agar Indonesia mendapat hukuman anti dumping dengan membayar denda sebesar 180 juta Euro. Padahal, hampir separuh minyak sawit untuk kepentingan ekspor diproduksi petani kecil yang menggarap 4,4 juta hektar lahan.
Ini artinya, sama saja petani kecil Indonesia mensubsidi industri raksasa di Eropa. "Kabar ini yang tidak pernah muncul di diskusi sawit," kata Arif.
Credit INILAHCOM