CB — Berdasarkan angka dari Kantor Statistik Nasional Inggris (ONS)—yang disebut neraca keseimbangan nasional—harga Inggris mencapai 7,6 triliun poundsterling, seperti dilaporkan Kepala Statistik BBC, Anthony Reuben.
Jumlah itu agaknya sudah terlalu besar untuk ditransfer ke rupiah, tetapi Anda bisa mencoba menghitung sendiri dengan kurs pada Kamis 20 November sekitar 1 poundsterling sama dengan Rp 19.000.
ONS mendapatkan harga tersebut berdasarkan jumlah kekayaan semua rumah tangga, semua perusahaan, pemerintah, dan lembaga nirlaba di Inggris tahun lalu.
Nilai itu naik dibanding setahun sebelumnya, sebesar 7,3 triliun poundsterling.
Perhitungannya berbeda dari Produk Domestik Bruto (GDP), yang mengukur berapa banyak produksi dalam sebuah negara.
Neraca keseimbangan nasional adalah yang Anda dapatkan jika menjual semua yang ada di Inggris berdasarkan nilai pasar saat ini.
Sekitar 61 persen berasal dari harga rumah, yang nilainya meningkat 4,7 persen dibanding sebelumnya menjadi 4,7 triliun poundsterling.
Namun, peningkatan terbesar bersumber dari perusahaan keuangan, dengan nilai yang meningkat lima kali lipat dalam waktu setatun.
Jika Anda bingung dengan angkanya, maka Rp 1 triliun itu adalah 12 angka nol setelah angka 1. Jadi, harga Inggris adalah 7.600.000.000.000 poundsterling.
Bagaimanapun, nilai ini masih jauh dibanding tagihan rekening telepon yang diterima seorang perempuan Perancis pada tahun 2012, yang ramai diberitakan media, termasuk BBC.
Perempuan itu mendapat tagihan 12 kuadriliun euro atau—berhubung sedang membahas harga Inggris, maka setara 10 kuadriliun poundsterling, yang memiliki 15 angka nol setelah angka 1.
Anthony Reuben mengatakan melihat dari pertumbuhan ekonomi belakangan ini, tak lama lagi akan ada laporan senilai kuintiliun dan yang ini nolnya ada 18.
Credit KOMPAS.com