Jumat, 21 November 2014

Unilever Eropa Gunakan Kelapa Sawit Ramah Lingkungan

 
Getty ImagesPerkebunan minyak kelapa sawit di Pelalawan, Riau.


LONDON (CB) —Pada akhir 2014, setiap tetes minyak kelapa sawit yang digunakan Unilever PLC untuk divisi makanan di Eropa akan berasal dari sumber ramah lingkungan, menurut perusahaan pada Rabu.
Deklarasi Unilever merupakan langkah menuju pemenuhan janji perusahaan di tingkat global, yakni memakai minyak kelapa sawit yang dapat dilacak dan berkelanjutan (sustainable) pada 2020. Perusahaan Inggris-Belanda itu merupakan konsumen minyak kelapa sawit terbesar dunia. Unilever menggunakan kelapa sawit sekitar 1,5 juta ton per tahun.
Unilever mengaku akan lebih dulu berfokus pada Eropa. Sebab, konsumen di Eropa tampaknya lebih suka menghindari produk yang bisa merusak lingkungan hidup.
“Konsumen Eropa jelas lebih teliti. Ada banyak permintaan [akan produk berkelanjutan] dari pasar,” kata Biswaranjan Sen, wakil presiden pengadaan produk Unilever.
Sepuluh tahun belakangan, minyak kelapa sawit berada di bawah pengawasan khusus. Pengawasan berlangsung, lantaran sektor perkebunan kelapa sawit menimbulkan kerusakan hutan di beberapa negara, termasuk Malaysia dan Indonesia. Unilever serta perusahaan lain—termasuk Procter & Gamble Co dan NestlĂ© SA—berkomitmen mengambil bahan dari sumber-sumber berkelanjutan. Namun sejauh ini, perkembangannya lambat.
Permintaan akan kelapa sawit, penghasil minyak nabati yang murah dan serbaguna, menguat tajam lantaran produsen menggunakan minyak ini dalam pelbagai produk, dari sampo hingga maskara. Permintaan global minyak kelapa sawit diprediksi naik menjadi 78 juta ton per tahun dalam 2020. Kini jumlahnya sebesar 60 juta ton, menurut laporan terbaru McKinsey & Co.
Lingkungan hidup merupakan bagian inti bisnis Unilever. Setiap menyentuh target pelestarian lingkungan hidup, petingginya bakal mendapat bonus. Chief Executive Unilever Paul Polman secara rutin hadir dalam diskusi akademis yang membahas dampak bisnis besar terhadap lingkungan hidup.

Tetapi Unilever banyak dihadang kesulitan. Khususnya dengan minyak kelapa sawit. Unilever menyatakan sekitar 58% minyak kelapa sawit yang digunakan perusahaan kini bisa dilacak ke sumber yang jelas. Meski begitu, bukan berarti perkebunan bersangkutan telah memproduksi kelapa sawit secara berkelanjutan. Hanya 10% yang terbukti bisa dilacak sekaligus berkelanjutan. Catatan ini mengisyaratkan seberapa jauh perusahaan dari target 2020.
Bagian dari persoalan Unilever adalah produktivitas rendah petani kecil. Kelompok petani skala kecil menghasilkan sekitar 30% dari minyak kelapa sawit dunia. Komunitas petani ini menggunakan dua kali lipat lahan dibanding perkebunan industri untuk menuai hasil minyak kelapa sawit dalam jumlah yang sama.
“Tugas ini lebih berat dari dugaan kami,” papar Sen. “Kami akan meraihnya. Tetapi semua butuh waktu.”

Credit  IndoWsj