Pengembang masih merahasiakannya.
CB - Unit tempur
China yang misterius, Dark Sword atau Anjian dalam bahasa China, mungkin
akan menjadi pesawat nirawak atau drone supersonik pertama di dunia.
Demikian disebut lembaga penyiaran China, CCTV.
Laman wantchinatimes,
Senin 24 November, Dark Sword sudah mulai mencuat sejak 2006, saat
konsep pesawat dengan bentuk segitiga yang tidak biasa itu diperkenalkan
dalam pameran Zhuhai Airshow, di Provinsi Guangdong.
Model drone
milik China itu juga dipamerkan pada Paris Air Show, namun menghilang
pada pameran-pameran udara selanjutnya. Tidak ada pernyataan resmi
tentang pengembangan drone itu, dan sejumlah pihak menyebut proyek
dihentikan karena kekurangan dana.
Pakar penerbangan China, Fu
Qianshao, mengatakan pada CCTV bahwa dia tidak mengetahui status proyek
Dark Sword. Namun dia menyebut tidak akan terkejut, jika proyek itu
masih dikembangkan secara rahasia, dan telah menjalani penelitian
lanjutan serta uji terbang.
Dia menambahkan, tidak adanya
transparansi bukan hal baru dalam industri penerbangan, dan kerahasiaan
selalu dilakukan Amerika Serikat. Fu yakin model konsep sebuah pesawat,
dapat mengungkap sesuatu tentang kemampuan teknologi sebuah negara.
Juga
kualitas penelitian dan pengembangan teknologi negara itu. Dia
menambahkan, model Dark Sword yang ditampilkan di Zhuhai Airshow, dapat
menjadi rujukan bagi para ahli, untuk mengukur industri penerbangan
China, dan mengungkap data lebih dari yang dibuka oleh pihak pengembang.
Laman
Daily Mail, Senin 24 November, menyebut pengembang Dark Sword,
mengatakan fokus utama pengembangan drone itu adalah kemampuan
supersoniknya. Kecepatan tinggi, disebut untuk memenuhi tuntutan unit
tempur yang sulit dideteksi, dan kemampuan manuver.
Dark Sword
diyakini akan bersaing dengan sistem milik Inggris, Taranis, dalam
perlombaan drone berkecepatan supersonik. Drone milik Inggris itu telah
diuji coba, awal 2014, dan disebut telah melampaui semua harapan
sebelumnya.
Taranis, yang merujuk pada nama dewa petir, didesain
untuk terbang lebih cepat dari suara, dan meloloskan diri dari radar
musuh dengan desain sayap tunggal. Pada uji coba, Taranis dapat terbang
dengan konfigurasi siluman secara penuh, membuat drone itu tidak dapat
terdeteksi radar.
Pengembangan Taranis menghabiskan £185 juta
atau sekitar Rp 3,5 triliun. Taranis telah menjalani beberapa
penerbangan sepanjang 2013, dengan berbagai ketinggian dan kecepatan
hingga sekitar satu jam.
Credit VivaNews