Foto: Pool
Jakarta - Menteri ESDM Ignasius Jonan menyatakan bahwa mobil listrik bisa dijual dengan harga kompetitif dan bersaing dengan mobil konvensional berbahan bakar minyak kalau diberi insentif pajak.
Dengan aturan seperti sekarang, harga mobil listrik akan lebih mahal dibanding mobil konvensional, tentu masyarakat enggan membelinya. Karena itulah, pemerintah menyiapkan aturan baru untuk memberi keringanan pajak pada mobil listrik.
"(Isi aturan baru) Salah satunya dalam masalah perpajakan. Kalau mobil listrik kayak Tesla, masuk Indonesia dengan kebijakan fiskal sama kayak sekarang harganya Rp 2 miliar, ya enggak ada yang beli. Ini coba kita bahas," kata Jonan saat ditemui dalam sela-sela acara GE: Powering Indonesia di Hotel Mulia, Jakarta, Rabu (19/7/2017).
Menurut Jonan, mobil listrik layak diberi pajak lebih ringan karena tak menghasilkan emisi karbon, tidak mencemari lingkungan seperti mobil konvensional.
"Jika pemerintah menghilangkan import duty maka mobil listrik bisa berkompetisi dengan mobil biasa. Semua pihak peduli lingkungan bersih," ucapnya.
Ia menambahkan, perkembangan mobil listrik jauh lebih cepat dibanding perkiraan banyak orang. Sebagai contoh, para praktisi migas memperkirakan mobil listrik baru bisa diproduksi massal pada 2050.
Ternyata sekarang sudah banyak pabrikan yang bisa memproduksinya secara massal, misalnya Tesla. Dengan semakin besarnya perhatian semua negara pada kelestarian lingkungan, pengembangan mobil listrik mendapat dukungan kuat. Indonesia tak boleh ketinggalan, harus ada antisipasi dari sekarang.
"Perubahan akan datang sangat cepat. Orang di migas berpikir bahwa ini baru bisa komersial di 2050. Saya pikir tidak begitu. Kita bisa kerjakan lebih cepat. Ini isu besar sekarang, semua negara berlomba membuat lingkungan yang lebih hijau," papar Jonan.
Jonan pun mendorong PLN untuk melakukan antisipasi juga. Pasokan listrik harus tercukupi, stasiun-stasiun pengisian listrik perlu disiapkan.
"Masa depan kelistrikan di Indonesia akan sangat besar. PLN tidak hanya menyediakan listrik untuk rumah tangga, bisnis, industri, tapi juga dynamic consumer di sektor transportasi. PLN harus bangun stasiun untuk charging. Kalau itu terjadi, kita butuh lebih banyak listrik di masa mendatang," tutupnya.
Credit finance.detik.com
Dukung Mobil Listrik, PLN: Sumber Daya Cukup
Foto: Jhoni Hutapea
Jakarta - Pemerintah berencana mengembangkan mobil listrik. Presiden Joko Widodo (Jokowi) pun telah meminta semua kementerian dan lembaga mendukung pengembangan mobil listrik.
Rencana tersebut ternyata juga disambut PT PLN (Persero). Perusahaan listrik pelat merah itu mengatakan pasokan listrik yang ada saat ini mencukupi untuk mendukung rencana pengembangan mobil listrik dapat terealisasi.
"Kami bersyukur sekali kalau (mobil listrik) dikembangkan di Indonesia, karena bisa menyerap listrik. (Pasokan) Sangat cukup. Di Jawa Timur saja masih 40% surplusnya. Kita tidak perlu khawatir terhadap pasokan listrik. Tidak perlu khawatir," kata Direktur Utama PLN, Sofyan Basir ditemui di Hotel Mulia, Jakarta, Jumat (21/7/2017).
Sementara untuk infrastruktur pendukungnya, seperti stasiun pengisian energi listrik, Sofyan mengatakan bukan hal yang sulit untuk menyediakannya. Sebab, saat ini jalur listrik sudah banyak tersedia dan mudah diakses.
"Untuk mobil listrik charge-nya nanti di tempat umum kita pasang. Jangan panik karena jalur listrik di pinggir jalan. Kan sekarang juga sudah dilaksanakan ada SPLU (Stasiun Pengisian Listrik Umum). Tinggal masukan token colok," terangnya.
Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ignasius Jonan menilai pengembangan mobil listrik di dalam negeri merupakan hal yang mendesak karena kemajuan teknologinya juga sangat pesat.
Senada dengan Kementerian ESDM, Kementerian Perindustrian juga menilai pengembangan industri mobil listrik perlu dilakukan. Untuk mewujudkan hal itu, saat ini pemerintah tengah mengkaji skema perpajakan kendaraan agar dapat menarik minat industri.
Credit finance.detik.com