CB, ANKARA -- Setelah tiga tahun menjabat,
Menteri Dalam Negeri Turki Efkan Ala mengundurkan diri pada Rabu (31/8).
Ala mundur dari jabatannya setelah gagal menjaga stabilitas keamanan di
Turki sejak kudeta gagal 15 Juli lalu.
Seperti dilansir Hurriyet News, Pemerintahan Turki pun telah mengakui kegagalannya menjaga keamanan negara dalam beberapa bulan terakhir. Hal itu terkait peningkatan jumlah serangan di Turki yang menewaskan banyak orang.
Pada Juli 2016, banyak warga Turki yang tewas karena serangkaian insiden. Lebih dari 290 orang tewas dalam kudeta gagal. Lalu, serangan di bandara Istanbul pada Juli lalu juga mengakibatkan 41 orang tewas dan 239 luka-luka.
Seperti yang dilansir dari Express.co.uk, Ala menyaksikan salah satu serangan bom mematikan dalam sejarah Turki saat ia menjabat. Yakni serangan bom oleh kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) pada 10 Oktober 2015.
Perdana Menteri Turki Binali Yildirim mengumumkan Menteri Tenaga Kerja Suleyman Soylu akan menggantikan posisi Ala sebagai Menteri Dalam Negeri.
Soylu bergabung berkuasa Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) pada tahun 2012 dan menjabat sebagai wakil pemimpin partai sebelum masuk kabinet pemerintahan Erdogan.
Seperti dilansir Hurriyet News, Pemerintahan Turki pun telah mengakui kegagalannya menjaga keamanan negara dalam beberapa bulan terakhir. Hal itu terkait peningkatan jumlah serangan di Turki yang menewaskan banyak orang.
Pada Juli 2016, banyak warga Turki yang tewas karena serangkaian insiden. Lebih dari 290 orang tewas dalam kudeta gagal. Lalu, serangan di bandara Istanbul pada Juli lalu juga mengakibatkan 41 orang tewas dan 239 luka-luka.
Seperti yang dilansir dari Express.co.uk, Ala menyaksikan salah satu serangan bom mematikan dalam sejarah Turki saat ia menjabat. Yakni serangan bom oleh kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) pada 10 Oktober 2015.
Perdana Menteri Turki Binali Yildirim mengumumkan Menteri Tenaga Kerja Suleyman Soylu akan menggantikan posisi Ala sebagai Menteri Dalam Negeri.
Soylu bergabung berkuasa Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) pada tahun 2012 dan menjabat sebagai wakil pemimpin partai sebelum masuk kabinet pemerintahan Erdogan.
Credit REPUBLIKA.CO.ID