Kamis, 01 September 2016

Harga Gas di RI Lebih Mahal dari Singapura, Luhut: Pasti Ada yang Salah

 
Harga Gas di RI Lebih Mahal dari Singapura, Luhut: Pasti Ada yang Salah  
Foto: Michael Agustinus
 
Jakarta -Harga gas di dalam negeri kelewat mahal. Ini dikeluhkan sejumlah pengusaha Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) dalam pertemuan dengan Menteri Perindustrian Airlangga Hartato, Senin (29/8/ 2016).

Anehnya, Singapura, yang tak punya sumber gas bumi, harga gasnya justru bisa lebih murah ketimbang Indonesia. Padahal sebagian pasokan gas untuk Singapura diimpor dari Indonesia.

Sebagai informasi, harga gas industri di Indonesia menyentuh angka US$ 8-10 per Million Metric British Thermal Unit (MMbtu). Lebih mahal dibandingkan dengan harga gas industri di Singapura sekitar US$ 4-5 per MMbtu, Malaysia US$ 4,47 per MMbtu, Filipina US$ 5,43 per MMbtu, dan Vietnam sekitar US$ 7,5 per MMbtu.

Menteri Koordinator Kemaritiman sekaligus Plt Menteri ESDM, Luhut Panjaitan, menilai ada yang salah dengan tata niaga gas di Indonesia. Harusnya harga gas di Indonesia bisa lebih murah dari negara-negara yang tak punya sumber gas.

"Sekarang begini, gas di Singapura, Korea, Jepang, termasuk di China, itu rata-rata US$ 4/MMbtu. Padahal gas di China itu impor dari Tangguh, Papua. Lho kok bisa segitu sementara di kita mahal? Di Singapura juga, kok kita yang menghasilkan bisa lebih mahal? Pasti ada yang salah," kata Luhut usai rapat di Kementerian ESDM, Jakarta, Rabu (31/8/2016).

Namun, Luhut belum tahu apa yang salah sehingga harga gas untuk industri di Indonesia menjadi mahal sekali. Pihaknya masih mempelajari permasalahan gas di Indonesia dari hulu sampai hilir.

"Itu yang lagi dicari tadi," ujarnya.

Masalah harga gas untuk industri sedang mendapat perhatian khusus dari pemerintah. Menteri Perindustrian Airlangga Hartato mengatakan, harga gas untuk industri di dalam negeri idealnya di bawah US$ 5/MMbtu. Sekarang harganya rata-rata dua kali lipat dari angka ideal.

"Kemarin dalam rapat sudah kita sampaikan, ada wacana agar harga gas ini bisa di bawah US$ 5/MMbtu. Kita masih bahas," tukasnya.

Pihaknya ingin harga gas bisa segera turun untuk meningkatkan minat investasi dan daya saing perindustrian di dalam negeri. Akibat tingginya harga gas, biaya bahan bakar di pabrik-pabrik jadi tidak efisien, tarif listrik juga ikut mahal. Ini melemahkan daya saing dan menghambat arus investasi ke Indonesia.




Credit  detikfinance