BERSAING: Triwilaswandio di antara miniatur kapal hasil rancangan Nasdec ITS. (Guslan Gumilang/Jawa Pos)
(CB) SEBAGAI
kampus teknik dengan fokus kemaritiman, Institut Teknologi Sepuluh
Nopember (ITS) Surabaya mendapat mandat baru. Kampus tersebut ditunjuk
Kementerian Pertahanan (Kemenhan) untuk menjadi Pusat Desain dan
Rekayasa Kapal Perang Indonesia sejak Maret.
Kepala Pusat Desain dan Rekayasa Kapal
Perang ITS Ir Triwilaswandio Wuruk Pribadi mengatakan, sebelumnya
Kemenhan punya empat kandidat. Yaitu, Sekolah Tinggi Teknologi Angkatan
Laut (STTAL), PT PAL, UPT Balai Pengkajian dan Penelitian Hidrodinamika,
serta ITS yang diwakili National Ship Design & Engineering Center
(Nasdec). ’’Lalu, kami (Nasdec) yang ditunjuk,’’ ucap dosen jurusan
teknik perkapalan tersebut.
Triwilas dari awal optimistis ITS yang
dipilih. Alasannya, mereka memiliki banyak ahli di bidang tersebut.
Fakultas Teknologi Kelautan ITS memiliki tujuh guru besar. Yakni, 3 dari
jurusan teknik kelautan, 1 dari teknik sistem perkapalan, dan 3 dari
teknik perkapalan.
Selain itu, sebelum penunjukan, Triwilas
dan pakar perkapalan ITS yang lain sering diundang Kemenhan untuk
berdiskusi. Khususnya mengenai pengadaan kapal. Menurut dia, Indonesia
saat ini sedang membuat tiga unit kapal selam. Dua dibuat di Korea
Selatan dan satu di PT PAL. ”Kapal selam kita kan tinggal dua. Satunya pun sudah dimuseumkan di Monkasel,” ucapnya, lantas tersenyum.
Padahal, perairan Indonesia yang luas
membutuhkan lebih dari satu kapal selam. ”Yang juga sedang dibuat adalah
kapal korvet atau kapal patroli kawal rudal (PKR),” jelasnya.
Itu merupakan jenis kapal perang yang
mampu melakukan operasi sergap dan serbu secara mandiri. ’’Ada tiga PKR
yang dibuat di Belanda dan di PT PAL,’’ ucap Triwilas yang menempuh
master di bidang ship production di The Universityof Strathclyde, Glasgow, Inggris Raya, tersebut.
Nasdec ITS sudah biasa terlibat dalam
pendiskusian pembuatan kapal. Dari situ muncul gagasan supaya Indonesia
mulai membuat kapal sendiri. Sudah banyak sumber daya manusia yang
mumpuni. Bayangkan, bila dihitung, untuk pembuatan satu kapal selam,
biasanya dibutuhkan USD 350 juta (sekitar Rp 4,6 triliun). Ongkos
engineer biasanya 4 persen dari harga kapal.
”Empat persen dari USD 350 juta itu
sudah berapa. Dengan dana sebesar itu, kalau kita kerjakan sendiri
kapalnya, bisa mengembangkan keilmuan lewat berbagai riset, membantu
dosen kuliah, dan banyak hal lainnya,” papar laki-laki asal Purwokerto
tersebut.
Gayung bersambut. Kemenhan menunjukkan
kemauan untuk mulai membuat kapal. Menurut Triwilas, memang tidak ada
kendala lain selain kemauan. Bila tidak ada kemauan untuk berkomitmen,
bisa jadi selamanya Indonesia bergantung pada negara lain dalam hal
pembuatan kapal. Padahal, Indonesia punya banyak ahli membuat kapal.
Memang bukan kapal perang, namun dengan berjalannya proses, Triwilas
yakin Indonesia akan menghasilkan kapal-kapal yang bisa bersaing dengan
negara pembuat kapal seperti Inggris dan Amerika Serikat.
Nasdec ITS yang merupakan pusat desain
kapal nasional berdiri sejak 2007 di bawah Kementerian Perindustrian.
Sejak itu Nasdec banyak menerima order kapal niaga. Yaitu, kapal yang
digunakan mengangkut barang-barang antarpulau. Pada 2009 Nasdec diambil
alih ITS.
Triwilas mengaku, karena yang diminta
Kemenhan adalah kapal perang, dirinya mengajukan standar supaya
dilakukan perekrutan pegawai tetap. Para ahli tetap bekerja sebagai
konseptor. Tapi, pekerjaan teknis tetap harus dibantu tim sendiri.
”Karena menyangkut rahasia negara, sebaiknya pegawainya dari PNS,”
paparnya.
Karena itu, sekarang Kemenhan sedang
menyiapkan perekrutan tim khusus. Yang dibutuhkan untuk tahap awal
sekitar 25 orang. Triwilas dan Kemenhan bahkan sudah mempersiapkan ruang
kerja untuk calon pegawai tersebut.
Pastinya, yang dibutuhkan adalah lulusan jurusan teknik perkapalan, teknik sistem perkapalan, lulusan STTAL, atau engineer
dari PT PAL. Kendati fokus utama adalah kapal perang, Nasdec tetap akan
membuat kapal niaga. Sebab, menurut Triwilas, Nasdec telah dikenal
sebagai pembuat kapal niaga. ”Kami sudah membabat alas dalam kapal
niaga, sekarang waktunya babat alas area kapal perang,” paparnya.Credit JPNN.com