Israel memperketat izin warga Palestina di Gaza yang ingin keluar.
CB,
RAMALLAH -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan blokade Israel
menjadi hambatan utama terhadap akses kesehatan di Jalur Gaza. Hal itu
diungkap WHO dalam laporan tahunannya yang berjudul “Right to Health:
Crossing Barriers to Access Health in the Occupied Palestinian Tereitory
2017”.
Dalam laporan tersebut, WHO menyelidki hambatan untuk mencapai
standar kesehatan tertinggi yang dapat dicapai warga Palestina di bawah
pendudukan Israel. Hambatan mencakup tentang akses kesehatan dan
serangan terhadap perawat atau tenaga medis.
Dalam laporan
tersebut, WHO mendokumentasikan cerita foto tentang pasien-pasien yang
kesulitan mendapatkan akses kesehatan. Satu di antaranya adalah
Muhammad, seorang anak di Jalur Gaza berusia tujuh tahun.
Muhammad
menderita kanker di pinggul kanannya. Namun ia belum mendapatkan akses
untuk berobat atau dirawat di rumah sakit. Nenek Muhammad, yakni Amal,
mengungkapkan, keluarganya tidak memiliki biaya untuk membawa Muhammad
ke rumah sakit di Yerusalem Timur. Hal itu belum termasuk perizinan dari
otoritas Israel.
Kepala
WHO di wilayah Palestina yang diduduki Gerald Rockenschaub mengatakan,
laporan tersebut menguraikan cukup detail tentang hambatan utama warga
Palestina untuk mendapatkan akses atau pelayanan kesehatan.
“Kami
telah melihat tingkat persetujuan terendah pada catatan untuk pasien di
Gaza yang membutuhkan akses ke rumah sakit di Tepi Barat, Yerusalem
Timur, dan Israel. Tahun ini kami juga menyaksikan seju,alh besar
serangan terhadap staf kesehatan, ambulans, dan fasilitas lain,” kata
Rockenschaub, dilaporkan
Maan News Agency, Ahad (7/10).
Menurutnya,
WHO menghadapi tantangan besar di sektor kesehatan di seluruh wilayah
Palestina yang diduduki. Hal itu diperparah dengan adanya pemangkasan
dana bantuan untuk kemanusiaan.
“Momen ini adalah
kesempatan bagi kami untuk berkumpul bersama, merefleksikan tantangan
ini, dan mempertimbangkan tindakan strategis dalam beberapa bulan
mendatang untuk membawa perbaikan yang berarti bagi kesehatan rakyat
Palestina,” ujar Rockenschaub.
Koordinator Kemanusiaan dan
Penduduk PBB untuk wilayah Palestina yang diduduki Jamie McGoldrick
mengatakan, ketatnya perizinan Israel terhadap warga Palestina yang
membutuhkan pelayanan kesehatan di luar Gaza memiliki konsekuensi
serius. “Sekelompok pasien yang sangat rentan membutuhkan perawatan
khusus dan spesialis tidak tersedia di Gaza atau Tepi Barat atau di
Yerusalem Timur,” katanya.
Ia menjelaskan sepertiga dari
pasien di Gaza perlu dirujuk untuk perawatan kanker. “Sepertiga dari
pasien ini adalah anak-anak dan anak muda berusia 19 tahun,” ujar
McGoldrick.
Sementara itu, tiga per lima dari pasien di
Gaza setidaknya menghadapi satu kali penolakan atau penundaan permohanan
izin pada 2017. Jalur Gaza telah diblokade Israel selama lebih dari 10
tahun. Blokade telah menyebabkan Gaza mengalami salah satu krisis
kemanusiaan terburuk di dunia.