Ilustrasi wartawan. (ANTARA FOTO/Wahyu Putro A)
Jakarta, CB -- Jamal Khashoggi, wartawan senior Arab Saudi yang kerap mengkritik pemerintahan Raja Salman, dilaporkan hilang di Turki pada Selasa (2/10).
Berdasarkan keterangan tunangannya, Khashoggi tidak pernah terlihat lagi setelah mengunjungi kantor konsulat Saudi di Istanbul.
Menunggu di luar gedung konsulat, tunangannya menyebut Khashoggi tak pernah keluar gedung itu hingga kantor tutup.
Berdasarkan keterangan tunangannya, Khashoggi tidak pernah terlihat lagi setelah mengunjungi kantor konsulat Saudi di Istanbul.
Menunggu di luar gedung konsulat, tunangannya menyebut Khashoggi tak pernah keluar gedung itu hingga kantor tutup.
Dikutip AFP, salah satu kolumnis The Washington Post itu merupakan mantan penasihat pemerintah yang kabur ke Amerika Serikat tahun lalu untuk menghindari kemungkinan ditahan otoritas Saudi.
"Kami tidak bisa menjangkau Jamal hari ini dan kami sangat khawatir terkait keberadaannya," bunyi pernyataan editor The Washington Post, Eli Lopez, Rabu (3/10).
"Kami terus memantau situasi dengan seksama, berusaha mengumpulkan lebih banyak informasi. Ini tidak adil dan memalukan jika dia ditahan karena pekerjaannya sebagai jurnalis dan komentator."
Sementara itu, Kementerian Luar Negeri AS mengatakan Washington ikut menyelidiki insiden ini.
"Kami mengetahui laporan-laporan terkait insiden itu dan saat ini kami sedang mencari informasi lebih lanjut," tutur seorang pejabat Kemlu AS.
Selama berkiprah sebagai wartawan, Khashoggi kerap menulis kritik terhadap pemerintahan Saudi, tertutama kebijakan-kebijakan Putra Mahkota Mohammed bin Salman.
Khashoggi mengaku bahwa otoritas Saudi memblokir akun Twitter-nya sebelum dia meninggalkan negaranya itu.
Akun Twitter-nya diblokir setelah pria itu berkicau memperingatkan kedekatan Saudi dengan pemerintahan baru Amerika Serikat di tangan Presiden Donald Trump.
Khashoggi juga menentang intervensi Saudi selama ini dalam perang sipil di Yaman.
Kebebasan berekspresi terutama bagi media di Saudi memang terbatas. Negara tersebut menempati peringkat 169 dari 180 negara dalam Indeks Kebebasan Pers Dunia RSF.
Meski begitu, sejak Pangeran Mohammed diangkat sebagai Putra Mahkota, Saudi menjanjikan moderinasi tak hanya dalam politik, ekonomi, tapi juga sosial-budaya.
Namun, Saudi masih dikritik karena kerap menindak pihak yang berbeda pendapat dengan pemerintah.
Credit cnnindonesia.com