CB, Jakarta - Presiden Komisi Uni Eropa, Jean-Claude Juncker, mengkritik pers di Inggris dengan menyebut adanya sikap tidak hormat terhadap politisi dan HAM. Dia pun berkeras kebebasan pers ada batasnya.
Dikutip dari RT.com pada Senin, 8 Oktober 2018, Juncker tidak menjelaskan lebih detail dimana letak batasan kebebasan pers yang dimaksudnya. Namun dia menyarankan masyarakat untuk bangkit dan menekan kebebasan pers. Juncker pun menilai politik tidak seharusnya memberikan pengaruh pada jurnalistik.
Ilustrasi koran. Bbc.co.uk
Juncker mendesak agar para wartawan melakukan apa yang sepatutnya boleh dilakukan dan tidak melanggar batas privasi seseorang. Juncker pun memberikan contoh yang merusak hubungannya dengan media.
Dia secara khusus mengecam bukan hanya media-media di Inggris, tetapi juga media di belahan dunia lainnya karena telah berusaha membuat Juncker sebagai orang paling bertanggung jawab atas keluarnya Inggris dari Uni Eropa atau Brexit. Kenyataannya, dia telah ditelah diminta mantan Perdana Menteri Inggris, David Cameron, untuk tidak ikut campur dalam kampanye Brexit. Juncker menyesal saat ini Komisi Eropa gagal untuk melakukan intervensi karena ini akan menjadi senjata dalam menghadapi cecaran pertanyaan dalam debat.
Juncker pun mencurahkan kekecewaannya saat media-media di Inggris menyerangnya dengan tuduhan mengalami kecanduan alkohol. Sebab dia menyangkal memiliki masalah kecanduan alkohol.
Juncker, 63 tahun, tertangkap kamera media ketika pada Juli 2018 tersandung saat menghadiri sebuah acara NATO. Dia kemudian meninggalkan gedung dengan menggunakan kursi roda. Dia mengecam pemberitaan yang menyebutnya mabuk saat tersandung di acara NATO itu. Dia menyebut pemberitaan itu serangan sciatica yang menyakitkan.
Ini bukan pertama kalinya media di Inggris secara khusus diserang. Pada akhir pekan lalu, Komisi Keadilan Eropa, Vera Jourova, menyerukan agar Uni Eropa mempertimbangkan pendekatan pers berdasarkan kualitas dan aturan yang cerdas. Kemarahan Jourova ini dipicu oleh pemberitaan The Sun yang mempublikasi berita berjudul 'tikus kotor Uni Eropa'. The Sun menggambarkan para Presiden Dewan Eropa, yakni Donald Tusk dan Emmanuel Macron, seperti gangsters dari Amerika yang memegang senjata.
Dikutip dari RT.com pada Senin, 8 Oktober 2018, Juncker tidak menjelaskan lebih detail dimana letak batasan kebebasan pers yang dimaksudnya. Namun dia menyarankan masyarakat untuk bangkit dan menekan kebebasan pers. Juncker pun menilai politik tidak seharusnya memberikan pengaruh pada jurnalistik.
Ilustrasi koran. Bbc.co.uk
Juncker mendesak agar para wartawan melakukan apa yang sepatutnya boleh dilakukan dan tidak melanggar batas privasi seseorang. Juncker pun memberikan contoh yang merusak hubungannya dengan media.
Dia secara khusus mengecam bukan hanya media-media di Inggris, tetapi juga media di belahan dunia lainnya karena telah berusaha membuat Juncker sebagai orang paling bertanggung jawab atas keluarnya Inggris dari Uni Eropa atau Brexit. Kenyataannya, dia telah ditelah diminta mantan Perdana Menteri Inggris, David Cameron, untuk tidak ikut campur dalam kampanye Brexit. Juncker menyesal saat ini Komisi Eropa gagal untuk melakukan intervensi karena ini akan menjadi senjata dalam menghadapi cecaran pertanyaan dalam debat.
Juncker pun mencurahkan kekecewaannya saat media-media di Inggris menyerangnya dengan tuduhan mengalami kecanduan alkohol. Sebab dia menyangkal memiliki masalah kecanduan alkohol.
Juncker, 63 tahun, tertangkap kamera media ketika pada Juli 2018 tersandung saat menghadiri sebuah acara NATO. Dia kemudian meninggalkan gedung dengan menggunakan kursi roda. Dia mengecam pemberitaan yang menyebutnya mabuk saat tersandung di acara NATO itu. Dia menyebut pemberitaan itu serangan sciatica yang menyakitkan.
Ini bukan pertama kalinya media di Inggris secara khusus diserang. Pada akhir pekan lalu, Komisi Keadilan Eropa, Vera Jourova, menyerukan agar Uni Eropa mempertimbangkan pendekatan pers berdasarkan kualitas dan aturan yang cerdas. Kemarahan Jourova ini dipicu oleh pemberitaan The Sun yang mempublikasi berita berjudul 'tikus kotor Uni Eropa'. The Sun menggambarkan para Presiden Dewan Eropa, yakni Donald Tusk dan Emmanuel Macron, seperti gangsters dari Amerika yang memegang senjata.
Credit tempo.co