Merkel menyerukan pasukan Iran keluar dari Suriah.
CB,
YERUSALEM -- Kanselir Jerman Angela Merkel pada Kamis (4/10), selama
kunjungannya ke Yerusalem, mengatakan Jerman dan Israel sependapat bahwa
Iran tak boleh dibiarkan memiliki senjata nuklir.
Ketika berbicara dalam taklimat bersama Perdana Menteri Israel
Benjamin Netanyahu di Yerusalem, Merkel juga menyeru pasukan Iran keluar
dari Suriah.
Merkel juga membela hak Israel untuk
melindungi perbatasan utaranya dari kehadiran militer Iran di Suriah.
"Iran adalah ancaman buat Israel dan ancaman buat Lebanon," katanya.
"Tak boleh ada kehadiran Iran di Suriah."
"Kami sangat
yakin dan memiliki sikap yang sama kuat dengan Israel bahwa semua harus
dilakukan guna mencegah Iran memiliki senjata nuklir," kata Merkel,
sebagaimana dikutip
Xinhua.
Sementara itu,
Netanyahu menekankan "bahaya" yang ditimbulkan oleh Iran. Menurut
Netanyahu, dugaan agresi Israel juga memiliki satu manfaat: membuat
Israel dan negara Arab "jadi dekat ke posisi yang tak pernah terjadi
sebelumnya". Ia mengatakan hubungan baru itu menjadi "harapan besar bagi
masa depan".
Mengenai konflik Palestina-Israel, Merkel
kembali menegaskan dukungannya bagi penyelesaian dua-negara. Merkel pada
Kamis juga mengeritik "Hukum Nasional Yahudi" dan berlanjutnya
pembangunan permukiman Yahudi di tanah Palestina yang diduduki.
"Jerman prihatin mengenai kebijakan permukiman (Yahudi), yang membuat sulit untuk menerapkan penyelesaian dua-negara," katanya.
Dalam
taklimat bersama Netanyahu, Merkel kembali menyampaikan dukungannya
buat negara Yahudi, tapi menekankan kelompok minoritas, juga, memiliki
hak, demikian laporan kantor berita Turki,
Anadolu. Meskipun
menyampaikan "penahanan dirinya" berkaitan dengan "Hukum Nasional
Yahudi" --yang disahkan baru-baru ini, Merkel mengatakan ia tetap
mendukung Israel sebagai "negara Yahudi". Ia menambahkan bahwa untuk
mewujudkan perdamaian Palestina juga harus menerima keadaan itu.
Kanselir
Jerman tersebut juga menyatakan ia berencana mendorong Pemerintah
Otonomi Nasional Palestina (PNA), yang berpusat di Ramallah di Tepi
Barat Sungai Jordan agar kembali ke proses perdamaian Timur Tengah, yang
macet. Namun, Netanyahu mengecam Presiden Palestina Mahmoud Abbas, dan
mengatakan ia "membuat rumit situasi di Jalur Gaza dengan mencekik
penyerahan dana dari wilayah Palestina ke Jalur Gaza".
Merkel
memulai kunjungan dua-harinya ke Israel pada Rabu. Selama kunjungan
tersebut ia bertemu dengan Netanyahu dan Presiden Israel Reuven Rivlin.
Kanselir Jerman itu juga menghadiri pembicaraan antar-pemerintah dan
menteri Jerman, dan menandatangani kesepakatan guna mendorong hubungan
ekonomi dan budaya antara kedua sekutu tersebut.