CB, Jakarta - Menteri Pertahanan Amerika Serikat Jim Mattis telah meminta Pentagon agar 80 persen pesawat jet utamanya dalam kondisi siap tempur.
Dilansir dari Russia Today, 10 Oktober 2018, Jim Mattis telah memerintahkan Angkatan Udara dan Angkatan Laut untuk meningkatkan tingkat kemampuan misi mereka untuk empat pesawat utama menjadi 80 persen selama dua belas bulan ke depan. Memo yang dirilis pertengahan September dilaporkan secara eksklusif oleh situs militer Defense News.
Pesawat-pesawat utama yang dimaksud, yakni F-35, F-22, F-16 dan F-18, yang saat ini berada dalam kondisi kurang siap tempur. Tahun lalu, kurang dari separuh F-22 Angkatan Udara memiliki kemampuan misi, dan F-35 yang terkenal mahal mengalami kecelakaan pertama bulan lalu, hanya beberapa hari setelah armada mengangkasa untuk pertama kalinya.
Pesawat tempur siluman Lockheed Martin F-35B mendarat di atas kapal induk serbu amfibi USS di perairan pulau paling selatan Jepang Okinawa 23 Maret 2018. F-35B mampu melaju dengan kecepatan maksimum Mach 1.67 atau 2.065 km per jam. REUTERS/Issei Kato
Kantor Akuntabilitas Pemerintah sudah memperingatkan masalah ini pada 2016, ketika merilis laporan tentang kesiapan terbang 12 pesawat Angkatan Laut dan Angkatan Udara pada 2011. Pengawas menemukan bahwa kemampuan terbang setengah pesawat menurun selama periode tersebut, sementara sembilan dari 12 pesawat tidak memenuhi target pada 2016.
Menurut angka-angka yang dirilis Angkatan Udara setiap tahun, di seberang armada, kemampuan misi rata-rata menurun 0,8 persen dari 2016 hingga 2017, bahkan penurunan kecil ini menutupi penurunan dramatis yang terjadi pada F-22, yang kehilangan kemampuan misi 11,17 persen hanya dalam satu tahun. Dari 2013 hingga 2017, kecelakaan penerbangan meningkat 39 persen, menurut analisis oleh Times Militer.
"Keterbatasan anggaran dan kekurangan dalam skuadron penerbangan menyebabkan kinerja yang kurang optimal, kelebihan kapasitas dan kapasitas yang tidak terealisasi dalam armada," aku Mattis.
Dia sebelumnya telah menyalahkan kurangnya kesiapan tempur militer di Kongres, meskipun AS menghabiskan lebih banyak anggaran untuk militernya daripada gabungan anggaran tujuh negara.
Mattis telah menyerukan untuk mengurangi biaya operasi dan pemeliharaan armada selama tahun mendatang. Ini adalah sasaran yang logis, karena lebih banyak pesawat berkemampuan misi berarti lebih sedikit pesawat yang diperlukan dan lebih sedikit pesawat yang harus dibeli.
Sementara itu, mengesampingkan seruan Jim Mattis, Pentagon masih berencana untuk meluncurkan F-35 sebagai pesawat tempur utama untuk semua cabang militer Amerika Serikat, yang membebani pembayar pajak sebesar US$ 350 miliar atau Rp 5.300 triliun.
Dilansir dari Russia Today, 10 Oktober 2018, Jim Mattis telah memerintahkan Angkatan Udara dan Angkatan Laut untuk meningkatkan tingkat kemampuan misi mereka untuk empat pesawat utama menjadi 80 persen selama dua belas bulan ke depan. Memo yang dirilis pertengahan September dilaporkan secara eksklusif oleh situs militer Defense News.
Pesawat-pesawat utama yang dimaksud, yakni F-35, F-22, F-16 dan F-18, yang saat ini berada dalam kondisi kurang siap tempur. Tahun lalu, kurang dari separuh F-22 Angkatan Udara memiliki kemampuan misi, dan F-35 yang terkenal mahal mengalami kecelakaan pertama bulan lalu, hanya beberapa hari setelah armada mengangkasa untuk pertama kalinya.
Pesawat tempur siluman Lockheed Martin F-35B mendarat di atas kapal induk serbu amfibi USS di perairan pulau paling selatan Jepang Okinawa 23 Maret 2018. F-35B mampu melaju dengan kecepatan maksimum Mach 1.67 atau 2.065 km per jam. REUTERS/Issei Kato
Kantor Akuntabilitas Pemerintah sudah memperingatkan masalah ini pada 2016, ketika merilis laporan tentang kesiapan terbang 12 pesawat Angkatan Laut dan Angkatan Udara pada 2011. Pengawas menemukan bahwa kemampuan terbang setengah pesawat menurun selama periode tersebut, sementara sembilan dari 12 pesawat tidak memenuhi target pada 2016.
Menurut angka-angka yang dirilis Angkatan Udara setiap tahun, di seberang armada, kemampuan misi rata-rata menurun 0,8 persen dari 2016 hingga 2017, bahkan penurunan kecil ini menutupi penurunan dramatis yang terjadi pada F-22, yang kehilangan kemampuan misi 11,17 persen hanya dalam satu tahun. Dari 2013 hingga 2017, kecelakaan penerbangan meningkat 39 persen, menurut analisis oleh Times Militer.
"Keterbatasan anggaran dan kekurangan dalam skuadron penerbangan menyebabkan kinerja yang kurang optimal, kelebihan kapasitas dan kapasitas yang tidak terealisasi dalam armada," aku Mattis.
Dia sebelumnya telah menyalahkan kurangnya kesiapan tempur militer di Kongres, meskipun AS menghabiskan lebih banyak anggaran untuk militernya daripada gabungan anggaran tujuh negara.
Mattis telah menyerukan untuk mengurangi biaya operasi dan pemeliharaan armada selama tahun mendatang. Ini adalah sasaran yang logis, karena lebih banyak pesawat berkemampuan misi berarti lebih sedikit pesawat yang diperlukan dan lebih sedikit pesawat yang harus dibeli.
Sementara itu, mengesampingkan seruan Jim Mattis, Pentagon masih berencana untuk meluncurkan F-35 sebagai pesawat tempur utama untuk semua cabang militer Amerika Serikat, yang membebani pembayar pajak sebesar US$ 350 miliar atau Rp 5.300 triliun.
Credit tempo.co