Kamis, 11 Oktober 2018

Jual Senjata ke Asing, Amerika Serikat Raup Rp 845 Triliun


Siluman tempur F-35B merupakan pesawat multi peran. Jet tempur generasi kelima ini dapat digunakan sebagai komando dan kontrol, serangan terbatas dan pertahanan udara, memberikan dukukan serangan darat, melakukan pengamatan dan pengintaian. US Marine/Lance Cpl. Remington Hall
Siluman tempur F-35B merupakan pesawat multi peran. Jet tempur generasi kelima ini dapat digunakan sebagai komando dan kontrol, serangan terbatas dan pertahanan udara, memberikan dukukan serangan darat, melakukan pengamatan dan pengintaian. US Marine/Lance Cpl. Remington Hall

CB, Jakarta - Penjualan senjata dan peralatan militer Amerika Serikat ke pemerintah asing naik 33 persen menjadi US$ 55,6 miliar atau Rp 845 triliun pada tahun fiskal yang berakhir 30 September.
Laporan ini diungkapkan seorang pejabat AS, seperti dilaporkan Reuters, 10 Oktober 2018, dan menyebut kenaikan keuntungan karena pembatasan lebih longgar pada penjualan telah mulai meningkatkan kesepakatan senjata.

Peningkatan penjualan militer asing terjadi sebagian karena pemerintahan Trump meluncurkan rencana "Buy American" baru pada bulan April yang melonggarkan pembatasan penjualan sambil mendorong pejabat AS untuk mengambil peran lebih besar dalam meningkatkan bisnis di luar negeri untuk industri senjata AS.


Rudal anti tank yang dipandu (Anti-Tank Guided Missile/ATGM) Javelin merupakan senjata andalan pasukan angkatan darat Amerika Serikat. Javelin memiliki daya ledak besar sehingga dapat menghancurkan tank-tank musuh. Karena kecanggihannya, Javelin termasuk rudal "tembak dan lupakan". Rudal ini dapat menghancurkan tank sejauh 2.500 m. ua.news
Presiden Donald Trump ingin menjadikan Amerika Serikat, yang sudah dominan dalam perdagangan senjata global, menjual persenjataan yang lebih besar ke dunia, meskipun ada kekhawatiran di antara para pendukung hak asasi manusia dan isu pengawasan senjata.

Ada dua cara utama pemerintah asing membeli senjata dari perusahaan AS: pertama, penjualan komersial langsung, negosiasi antara pemerintah dan perusahaan, kedua, penjualan militer asing, di mana pemerintah asing biasanya menghubungi pejabat Departemen Pertahanan di Kedutaan AS di ibu kota mereka. Keduanya membutuhkan persetujuan oleh pemerintah AS.

Patriot PAC-2 dan 3 (Patriot Advanced Capability) dapat mendeteksi 100 target yang berbeda dan mampu mengendalikan sembilan rudal secara bersamaan. Rudal Patriot dapat melaju hingga kecepatan 2 mach dengan jangkauan maksimal 70 km dan ketinggian 24 km. PAC-2 telah terbukti keampuhannya menghadang rudal Scud di Perang Teluk, dan PAC-3 adalah pengembangan dari PAC-2. AFP/CHOI JAE-KU



Adapun kontraktor senjata AS terbesar termasuk Boeing, Lockheed Martin, Raytheon, General Dynamics dan Northrop Grumman.
Banyak transaksi pertahanan rudal Amerika Serikat telah disepakati dalam satu tahun terakhir, termasuk pembelian sistem pertahanan rudal Patriot Polandia dan Rumania yang dibuat oleh Lockheed dan Raytheon.

Sekitar US$ 70 miliar atau sekitar Rp 1.064 triliun notifikasi penjualan senjata dan peralatan militer Amerika Serikat ke asing disampaikan ke Kongres tahun ini, sedikit kurang dari tahun sebelumnya, kata seorang pejabat pemerintah.
Angka US$ 55,6 miliar ini mewakili pendandatanganan surat perjanjian untuk penjualan senjata dan peralatan militer asing antara Amerika Serikat dan sekutu.




Credit  tempo.co