Duterte mengucapkan terima kasih atas bantuan Israel.
CB,
TEL AVIV -- Presiden Filipina Rodrigo Duterte memuji Perdana Menteri
Israel Benyamin Netanyahu untuk bantuannya dalam mengatasi pemberontakan
di Marawi. Israel membantu Filipina dalam mengakhiri pengepungan selama
lima bulan oleh pemberontak di selatan kota pada 2017 lalu.
Hal itu dikatakan Duterte pada Senin (3/9) waktu setempat di Tel Aviv
dalam kunjungan pertamanya ke Israel di tengah kecaman terhadap catatan
hak asasi manusia pempimpin Filipina itu. "Konflik Marawi di pulau
Mindano dapat dimusnahkan jika bukan karena peralatan yang substansial
dan krusial dari Israel," ujarnya.
Hal ini merupakan
pertama kalinya Duterte mengakui bantuan Israel secara terbuka dalam
mengakhiri pengepungan Marawi pada 2017 lalu. Menurutnya, bantuan dari
Israel sangat penting dalam memenangkan perang di negeri sendiri.
"Pak
Perdana Menteri, saya hanya bisa berterima kasih banyak kepada Anda
terutama pada bantuan kritis Anda yang telah memperluas negara saya pada
waktunya ketika kami sangat membutuhkannya," kata Duterte.
Pengepungan
Marawi terjadi antara Mei dan iOktober 2017. Para pejuang yang
bersumpah setia kepada ISIS mengambil alih kota. Pertempuran menewaskan
lebih dari 1.000 pemberontak, tentara dan warga sipil. Perang juga dan
menelantarkan ratusan ribu penduduk.
Kunjungan pertama
Duterte mengindikasikan kedua negara dalam damai dan terhindar dari
konflik. "Kami berbagi semangat yang sama untuk perdamaian, kami berbagi
semangat yang sama untuk manusia. Tetapi juga kami berbagi semangat
yang sama untuk tidak membiarkan negara kami dihancurkan oleh mereka
yang tidak tahu apa-apa selain membunuh dan menghancurkan," katanya.
Duterte
sangat ingin meningkatkan kerja sama keamanan dengan Israel. Otoritas
Zionis telah menjual ke Filipina sebanyak tiga sistem radar dan 100
kendaraan lapis baja. Manila kini mengincar kesepakatan pesawat dengan
Israel.
Selain bertemu Netanyahu, Duterte mengunjungi
pemakaman Yad Vashem Holocaust di Yerusalem. Kemudian, dia pergi ke
sebuah monumen dalam memperingati penyelamatan orang Yahudi di Filipina
selama Holokus.
Pada 1939, Presiden Manuel L Quezon
mengeluarkan 10 ribu visa untuk orang Yahudi Eropa. Namun hanya sekitar
1.300 yang benar-benar masuk ke negara Asia Tenggara.
Netanyahu
mencatat bagaimana Filipina mengambil para pengungsi yang melarikan
diri dari Nazi. Filipina juga merupakan satu-satunya suara dari Asia
untuk pembentukan negara Israel. Baru-baru ini, Filipina memilih abstain
dalam suara PBB yang menegur keputusan Presiden AS Donald Trump untuk
mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.
"Kami ingat
teman-teman kami dan persahabatan itu telah berkembang selama
bertahun-tahun dan terutama selama beberapa tahun terakhir," kata
Netanyahu kepada Duterte.