Presiden Palestina, Mahmoud Abbas, menolak AS
menjadi mediator tunggal dalam menangani konflik di Timur Tengah saat
berpidato di sidang Majelis Umum PBB. (Reuters/Carlo Allegri)
"Kami juga tak menerima mediasi tunggal Amerika dalam proses ini," ujar Abbas, sebagaimana dikutip AFP.
Ia menjabarkan bahwa Palestina tak dapat menerima peran tunggal karena sejak Presiden Donald Trump menjabat pada 2017 lalu, AS sangat bias dan terlihat memihak Israel.
Abbas lantas menjabarkan sejumlah keputusan kontroversial AS, mulai dari mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel, pemangkasan bantuan, hingga penutupan kantor perwakilan Palestina di Washington.
"Dengan semua keputusan ini, pemerintahan tersebut memungkiri semua komitmen AS sebelumnya, dan bahkan melecehkan solusi dua negara," ucap Abbas.
"Sangat ironis melihat pemerintahan AS masih membicarakan mengenai apa yang mereka sebut sebagai 'kesepakatan abad ini.'"
Di hadapan para pemimpin dunia, Abbas pun mendesak Trump untuk segera mencabut segala keputusan kontroversial ini.
"Dalam acara mulia ini, saya kembali menyampaikan desakan saya kepada Presiden Trump untuk membatalkan keputusan dan dekritnya untuk menyelamatkan prospek perdamaian," tutur Abbas.
Abbas berpidato di hadapan sidang Majelis Umum PBB sehari setelah giliran Trump. Dalam pidatonya, Trump menyebut bakal membeberkan rencana baru AS untuk perdamaian Palestina dan Israel pada akhir tahun ini.
Saat bertemu dengan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, di sela sidang Majelis Umum PBB, Trump untuk pertama kalinya menyatakan dukungannya untuk solusi dua negara.
"Jika Israel dan Palestina ingin menjadi satu negara, saya mendukung. Jika mereka ingin negara masing-masing, saya mendukung. Saya senang jika mereka senang," ucap Trump.
Meski pernyataan Trump tersebut memicu kekhawatiran di tengah kubu sayap kanan yang berharap AS mengubur gagasan Palestina menjadi satu negara, Netanyahu menyambut baik komentar tersebut.
"Saya sangat menanti bekerja sama dengan Presiden Trump dan kesepakatan damainya," kata Netanyahu.
Credit cnnindonesia.com