Ilustrasi (REUTERS/Sergei Karpukhin)
Kementerian Luar Negeri Rusia menyatakan telah meminta dubes Norwegia pejelasan terkait tuduhan "yang konyol" tersebut.
Moskow bahkan menyebut Oslo sebagai "mania mata-mata" dan bersumpah akan membalas penahanan terhadap warganya itu.
"Tidak diragukan lagi langkah-langkah seperti itu tidak akan dibiarkan tanpa konsekuensi," bunyi pernyataan Kemlu Rusia, Selasa (25/9).
Kejadian bermula saat badan intelijen Norwegia PST mengumumkan penahanan seorang warga Rusia berusia 51 tahun terkait "aktivitas intelijen ilegal."
Pria tersebut diidentifikasi bernama M.A Bochkaryov dan disebut bekerja sebagai asisten majelis tinggi parlemen Rusia.
Bochkaryov dicurigai melakukan aktivitas mata-mata saat menghadiri acara seminar antar-parlemen di Storting, badan legislatif Norwegia. Acara itu dihadiri lebih dari 30 negara yang berfokus pada pembahasan era digitalisasi.
"Penyelidikan saat ini dilakukan pada tahap awal dengan dasar kecurigaan berdasarkan pengamatan kami atas perilakunya," kata juru bicara PST MArtin Bernsen kepada AFP.
Perintah penahanannya keluar pada akhir pekan lalu. Dia dilaporkan akan ditahan selama dua tahun.
Melalui pengacaranya, pria Rusia tersebut membantah segala tuduhan mata-mata dan mengatakan semua itu hanya "kesalahpahaman."
"Dia mengatakan tidak mengerti mengapa dia dituduh melakukan itu. Dia meyakini ini semua adalah kesalahpahaman," kata pengacaranya, Hege Aakre.
Norwegia kerap menuding Rusia melakukan serangan siber dan spionase. Meski demikian, negara itu jarang melakukan penangkapan terkait kecurigaan aksi tersebut.
Penahanan Bochkaryov dilakukan setelah April lalu Frode Berg, seorang warga Norwagia ditangkap oleh otoritas Rusia karena tuduhan serupa.
Saat ini Berg masih berada di tahanan untuk menunggu persidangan. Berg telah mengakui bahwa dia membantu dinas intelijen Rusia dan berperan sebagai kurir untuk mengirimkan barang-barang yang diperintahkan dalam beberapa kesempatan.
Meski begitu, dia tidak pernah mengetahui barang-barang apa yang diberikan kepadanya selama ini.
Credit cnnindonesia.com